Mengapa? Pertama, Jokowi tidak bisa dikait-kaitkan dengan polisi tersebut. Bisa saja itu adalah niat dari hatinya sehingga jika benar bahwa ia melakukan itu maka perlu ditelusuri secara khusus.
Bahkan Haerul Anas Suadi yang disebut sebagai saksi wow pun bagi saya itu bukan fakta wow. Mengaku sebagai saksi hidup perkataan Moeldoko soal kecurangan bagian dari demokrasi butuh bukti yang lebih kuat bukan sebatas membuat narasi.
Ataukah mungkin, yang dimaksud dari fakta wow adalah Haerul Anas Suadi sebagai kader partai pendukung Jokowi-Ma'aruf? Inipun tidak. Mengapa? Bukti bahwa semua kader Parpol pendukung Prabowo-Sandi pun tidak semuanya mendukung Prabowo-Sandi. Jadi, ini hanyalah sebuah kejadian lasim dalam dunia politik.
Sejauh ini, sengketa Pilpres tidak menampilkan sesuatu atau fakta kecurangan yang benar-benar wow. Narasi demi narasi dibuat oleh para politisi untuk mengelabui publik bahwa benar-benar terdapat kecurangan yang wow.
Oleh karena itu, menurut penulis, narasi tuduhan kecurangan Pilpres adalah narasi yang wow. Mengapa? Saya sepakat dengan Moeldoko bahwa narasi tersebut merupakan narasi yang disusun secara terstruktur, sistematis dan masif sejak awal Pilpres.
Publik dibuat tercengang mendengar tentang kecurangan yang dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif. Sebelum sidang, pasti publik mulai menafsirkan kecurangan yang TSM tersebut.
Jadi, wow tersebut sudah ada sejak awal Pilpres 2019. Tidak ada wow sepanjang sidang sengketa Pilpres di MK.
Referensi utama: Kompas
Referensi Tambahan: Satu, Dua, Tiga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H