Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengurai Maksud "Setan Gundul" Andi Arief

7 Mei 2019   10:28 Diperbarui: 7 Mei 2019   12:47 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat dari beberapa pernyataan Prabowo Pascapilpres, Prabowo marah dan mengecam Lembaga Survei dan dituduh melakukan kecurangan untuk memenangkan Jokowi-Ma'aruf. Apakah Prabowo korban setannya?

Setan juga berarti orang yang sangat buruk perangainya. Suka mengadu domba dan sebagainya. Orang yang dianggap setan oleh Andi Arief rupanya menjadi provokator yang ingin mengadu domba Prabowo dan kubu TKN bahkan dengan lembaga hukum sendiri. Namun, Apakah benar-benar ada Setan? Penulis pun tidak tahu.

Ada makna lain dari setan. Setan biasanya digunakan untuk menyatakan kemarahan dan sumpah serapah. Biasanya kalau orang Kupang, NTT menggunakannya untuk orang yang berperilaku aneh dan sebagainya. Ada juga yang menggunakannya sebagai kata candaan kepada teman.

Oleh karena itu, ada kemungkinan pernyataan Andi Arief adalah ekspresi emosional yang menggambarkan orang-orang berperilaku aneh dalam kubu Prabowo-Sandi dan juga sebagai bahan candaan kepada teman-temannya di kubu BPN.

Itulah makna setannya sedangkan makna kata gundul berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tidak berambut atau kepala botak.

Oleh karena itu pula, penulis dapat berasumsi bahwa kata gundul Andi Arief menggambarkan ciri orang-orang yang berperan sebagai setan yang ia katakan. Siapakah yang berkepala plontos di kubu BPN? Penulis tidak tahu.

Andi Arief sebagai bagian dari BPN tentunya akan tahu semua gejolak dalam kubu BPN. Oleh karena itu, pernyataan Andi Arief memiliki dua kemungkinan. Kemungkinan benar dan kemungkinan bohong.

Tulisan ini hanyalah sebuah analisa konyol mengisi waktu luang.
Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun