Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ucapan Perayaan Jumat Agung, Momentum Bangkitnya Toleransi Umat Beragama di Indonesia

19 April 2019   17:35 Diperbarui: 19 April 2019   17:38 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar akun Twitter @AWR_PandaCute

Dalam beberapa bulan terakhir pemberian label Kafir menjadi trending topik yang dibicarakan di media. Kemudian mengundang beberapa kecaman dari berbagai pihak yang menganggap ini sebagai salah satu hal yang Intoleran di Indonesia termasuk Menteri Pertahanan.

Dalam Artikel Agama Politik dan Toleransi yang Memudar, Prof. Sumanto Al Qurtuby mengatakan atas nama agama, sejumlah kelompok Islam radikal dan intoleran sering kali  berbuat ulah yang sangat menggangu. "Memadamkan api kebebasan dengan memberangus berbagai kelompok atau sekte keagamaan, yang mereka hakimi sebagai sesat dan menyimpang dari "kanon resmi" Islam". Tambahnya.

Prof. Sumarto tak segan-segan menambahkan bahwa mereka mau hidup bebas-merdeka tetapi tidak mau memberi ruang kebebasan-kemerdekaan itu kepada orang lain dan kelompok lain. Ironisnya lagi, mereka juga mengecam demokrasi sebagai "budaya kafir, Pancasila sebagai "sistem thoghut", Indonesia sebagai negara tidak Islami, dan seterusnya.

Dari beberapa masalah di atas, Agama dipolitisasi dalam Pemilu dan Pilpres 2019 untuk mencapai tujuan kelompok tertentu. Menurut pandangan penulis, hasil Quick Count perolehan suara setiap provinsi menunjukkan isu Agama dalam Pemilu dan Pilpres kali ini sangat kuat.

***

Kita harus sepakat bahwa keberagaman yang tidak dihargai akan menjadi alasan terjadinya perpecahan dalam sebuah bangsa. Hal ini tidak dinginkan oleh kita Negara Indonesia yang memiliki dasar Pancasila.

Dalam bulan perayaan Paskah ini, ucapan-ucapan yang diberikan oleh kaum Muslim ini sebagai sebuah momentum pemupukan budaya toleransi dan penguatan terhadap Pancasila. Dan kita harus memberi hormat kepada mereka yang setia menguatkan Pancasila melalui hal-hal kecil.

Mereka menunjukkan sikap menghargai dan menghormati sesama. Mereka memegang semboyan yang dapat menyatukan kita dari berbagai Suku, Agama dan Ras yaitu "Bhineka Tunggal Ika".

Saya yakin bahwa banyak dari kita, entah itu kaum Muslim, Kristen dan lainnya menginginkan sebuah negara yang damai, negara yang bebas dan demokratis seperti yang diatur dalam nilai-nilai Pancasila.

Saya tertarik dengan sebuah tulisan menarik Bapak Luhut Panjaitan untuk mengakhiri tulisan ini. Ia menceritakan Pidato "I Have a Dream" oleh Marthen Luther King yang sangat berpengaruh terhadap sistem perbudakan Amerika Serikat zaman itu. Kemudian kita sekarang melihat Amerika Serikat yang tidak memelihara sistem perbudakan kepada mereka yang berkulit hitam melalui Barack Obama.

Dalam Artikel Setengah Abad Pidato "I Have a Dream", ia mengatakan "Saya mempunyai mimpi, bahwa suatu hari dimasa dekat, kita semua akan ikhlas memilih seorang pemimpin bukan karena ia lahir dari suku mayoritas terbesar, bukan karena ia berkulit dan berwajah sama dengan dirinya, dan bukan karena ia satu imam, kepercayaan atau agama dengannya; melainkan karena ia seorang pemimpin yang mampu serta bisa membawa bangsa dan negara ini ke arah yang lebih baik, ke arah Indonesia Emas yang gemilang". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun