Kalau dibutakan emosi, kawan dengan mudah bisa menjadi lawan.
-Primadonna Angela
Kasus pengeroyokan oleh beberapa siswi SMA kepada siswi SMP di Pontianak menjadi masalah serius yang harus ditangani secara serius. Hukum harus ditegakkan berdasarkan undang-undang untuk mewujudkan keadilan. Lebih dari itu, memberikan efek jera pada para pelaku.
Peristiwa ini bermula percekcokan di media sosial. Media sosial bukan lagi media sosial tetapi media soal. Tercatat dalam beberapa tahun terakhir, media sosial seperti Facebook, Twitter, WhatsApp dan sebagainya menjadi jembatan terjadinya kekerasan termasuk kekerasan seksual.Â
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi  memiliki dampak negatif yang harus dihadapi dengan penuh hati-hati. Penggunaan Android yang tidak terkontrol akan berdampak pada akses media sosial yang tidak terkontrol juga. Anak-anak dalam masa perkembangan emosional yang masih labil memiliki kemungkinan untuk melakukan tindakan kejahatan melalui media sosial.
Nampaknya, yang terjadi di Pontianak adalah mereka yang belum dewasa secara emosional. Motif pengeroyokan ini sebenarnya dapat diselesaikan atau sebenarnya tidak dapat terjadi. Akan tetapi, antara pelaku dan korban terjerat dengan labilnya emosi mereka sendiri.
Dalam beberapa berita yang saya ikuti. Para pelaku melakukan ini karena emosi yang memuncak ketika ibunya dihina sebagai tukang utang. Bagian ini tidak bermaksud mendiskriminasi korban atau pelaku. Bagian ini hanya membahas emosi labil yang menguasai mereka.
Kejadian ini mengingatkan saya pada kasus pada Piala dunia tahun 2006 ketika final kala itu mempertemukan Italia dengan Perancis. Dalam pertandingan itu, Zidane harus dipaksa keluar karena menanduk Materazzi. Setelah beberapa tahun belakangan ini, Zidane mengaku bahwa, ia melakukan itu karena dia dibilang anak pelacur.
Zidane yang sedang dalam masa emasnya dan ada peluang untuk membawa negaranya menjuarai Piala Dunia tahun 2006, hilang dalam sekejap karena sedikit emosi yang tak terkontrol. Zidane yang cukup dewasa saat itu pun tak mampu membendung dan mengelola emosinya.
Perasaan marah adalah bagian dari emosi. Daniel Golmen dalam bukunya Social Intelegence mengemukakan macam-macam emosi termasuk didalamnya adalah Amarah. Amarah mencakup beringas, mengamuk, rasa benci, jengkel dan kesal hati.