Mohon tunggu...
Fitri Nurul
Fitri Nurul Mohon Tunggu... -

Alumni Jurusan pendidikan Bahasa Inggris Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Tinggal dan Mengajar Bahasa Inggris di Songkhla, Thailand. Tertarik dalam berbagai diskusi dan selalu ingin memepelajari hal-hal baru, terutama dalam bidang sosial, bahasa, budaya dan pengajaran Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Waw! How Big They Are!

22 Juli 2013   10:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:13 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Narsis dibawah Budha yang sedang tidur

:)
:)
Seperti biasa setiap weekend saya selalu menghabiskan waktu untuk mengunjungi tempat-tempat baru di sekitar Hat Yai, kali ini saya pergi ke Patung Reclining Budha ketiga terbesar di dunia. Patung ini terletak di Wat Hat Yai Nai, tidak jauh dari pusat kota Hat Yai, oya dalam bahasa Thailand patung Budha ini bernama Phra Phuttha Hattha Mongkho. Untuk mencapai tempat ini kita bisa menggunakan Tuk-Tuk, tapi saya sarankan lebih baik jangan karena biaya perjalanan akan lebih mahal dari Van. Kita bisa naik Song Thew (VAN) dengan membayar 20/30 Baht, lalu kita akan turun tepat di depan sebuah pasar kecil, setelah itu kita harus masuk berjalan ke dalam pasar sedikit untuk sampai ke kuil, mungkin karena jalannya yang agak masuk ke dalam tempat patung ini dinamakan Wat Hat Yai Nai (nai artinya ke dalam). Patung ini sangat besar sekali, menurut informasi yang saya baca patung ini berukuran 35 m panjangnya dan tinggi sekitar 15 meter. Suasana di kuil cukup sepi, hanya ada saya, teman saya dan beberapa budhist yang sedang meminta doa pada biksu. Secara umum kuil ini terlihat agak kurang terawat, sedikit banyak sampah dan tercium bau tidak sedap dari berbagai tempat. Kami hanya mengambil beberapa foto di depan Patung Buddha dan kuil-kuil kecil di dekat patung utama, selanjutnya kami memutuskan untuk pulang. Karena waktu yang masih cukup lama akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke patung Budha yang satunya atau yang terkenal dengan Giant Buddha, patung ini terletak di dekat Prince Songklah University, tepatnya di belakang Super Market LOTUS (di Thailand dibaca : LOTAT). Ini yang membuat saya terkadang sangat kagum dengan beberapa negara di luar negeri, mereka masih menjaga keharmonisasian antara budaya dan modernitas, tidak seperti di Indonesia terkadang ketika kehidupan
Gambar
Gambar

The Giant Buddha

God Hell, pemakaman yang terletak di kuil

modern muncul maka situs budaya dan sejarah seolah-olah terlupakan. Untuk mencapai patung Buddha yang satu ini kita bisa naik van berwarna merah dan turun di depan LOTUS, lalu berjalan masuk sedikit dan sampailah kita di Giant Buddha. Dibandingkan dengan Wat Hat Yai Nai kuil ini lebih bersih dan lebih tertata, selain itu lebih banyak objek yang bisa kami lihat disini, nama kuil ini sendiri adalah mahamaya vidyalaya, kita bisa melihat Pagoda yang sangat tinggi sekali (Seperti yang sering saya lihat di film Kera Sakti), ada kuil Dewi Kwan In, ada Giant Buddha itu sendiri, serta kuburan yang disebut God Hell. Disini saya juga berkenalan dengan salah satu monk, namanya Pembay berasal dari India. Dia sudah tinggal selama 2 tahun disini tapi tidak bisa bahasa Thailand hihihii, setelah mengobrol cukup lama akhirnya kami tahu bahwa sebenarnya kuil tersebut merupakan sekolah Biksu Internasional, sehingga yang datang tidak hanya dari Thailand tapi dari berbagai belahan dunia seperti India, Vietnam, Myanmar, tapi Indonesia tidak ada hehehe. Mungkin ini seperti pesantrennya para Budha hehehe. Pembay banyak bercerita tentang kuil tersebut, kebanyakan kuil tersebut digunakan untuk ibadah, dan dia juga bercerita tentang God Hell yang saya sebutkan tadi. Bentuk kuburannya sangat unik, tidak berupa tanah atau sejenis stupa yang biasa ada di kuburan Thailand. Kuburan tersebut berbentuk patung Budha yang berjejer rapi, dan dibelakang patung tersebut terdapat lubang kecil. Pembay bilang lubang itu untuk menyimpan abu dari mayat orang yang meninggal. Pembay sangat baik sekali menemani kami mengobrol menjelaskan dengan sabar berbagai pertanyaan kami, tentunya kami menggunakan kesempatan itu untuk menanyakan banyak hal tentang Biksu, seperti apa mereka makan daging, menurut Pembay karena dia di Thailand dia masih makan daging, tapi memang ada beberapa biksu yang tidak makan daging. Kami juga sempat bertukar no HP dan Facebook, bahkan dia mengundang kami untuk datang lagi dan mengajak kami untuk naik Pagoda yang beryingkat-tingkat itu. Waw ! What a beautiful friendship !  Karena waktu yang tidak memungkinkan serta sudah mepet magrib kami harus pamit, walaupun sebenarnya rasanya ingin sekali bisa berdiskusi lebih lama .Thanks Pembay see u next time !

Me and Pembay

:)
:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun