Mohon tunggu...
Nenk Mawar
Nenk Mawar Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Saya hanyalah penulis receh yang tengah berperang dengan pena dan menggoreskan kata-kata

Hidup hanya sekali, buatlah hidupmu berwarna. Jangan engkau menyia-nyiakannya tetap semangat apapun keadaannya keep fighthing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Alam Gaib

18 Agustus 2020   18:07 Diperbarui: 18 Agustus 2020   18:08 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh: Rosidah binti Musa

Nisa pun menyela, "Maaf Kek, kami tersesat dan kami dari tadi berputar-putar di tempat ini."

"Benar, Kek. Kami sudah empat jam berputar di tempat ini, mungkin Kakek tahu menuju jalan raya?" tanya Susan menyela Nisa.

"Cepat segera kaliam keluar dari tempat ini, terus jalan lurus meskipun banyak arah jalan. Jangan pernah membelokkan mobil kalian ...."

Ketika mereka ingin mengucap terima kasih tiba-tiba mereka melihat sesuatu di samping kaca dekat tempat duduk Nisa, dia pun terpekik dan Robi segera menjalankan mobilnya. Namun, sekali lagi Robi membelokkan mobil.

"Hey, Rob. Apa-apaan sih kamu, jalan belok. Jalan lurus saja. Pea!" bentak Susan geram melihat tingkah kawan lelakinya yang tidak mendengar kata-kata kakek tadi.

"Kalian mau percaya kakek tadi? Please deh. Eh, tuh ada warung deh kayanya. Aku lapar, ayok kita turun?"

Mereka berdua pun pasrah dan turun dari mobil karena dilihat benar warumg kopi sederhana ditengah-tengah jalan yang sepi dari hiruk-pikuk kota. Susan dan Nisa terlihat begitu canggung ketika memasuki warung yang kecil itu, sedangkan Robi sangat santai sesekali ia bertanya pada orang yang tengah sibuk dengan kopinya.

"Oya Bu, kalau boleh tahu arah jalan ke sana itu menuju ke mana, ya?" Robi bertanya sedikit canggung.

"Kalau ke sana itu tidak ada jalan, perkuburan ...."

Mendengar perkataan yang punya warung, Nisa dan Susan pun memanggil Robi untuk keluar dari tempat itu dan mereka bertiga mulai bertentangan. Robi begitu kekeh jika ke arah sana pasti ada jalan, namun dipandangan Nisa tak lebih jalan yang gelap dan sunyi. Ketika Robi, Nisa, dan Susan tengah bertentangan mereka bertiga menengok kebelakang.

Warung kopi itu menghilang, dan ketika mereka ingin lari ke mobil. Ternyata mobil mereka pun ikut menghilang, kini Robi, Nisa, dan Susan dikelilingi sebuah kuburan, pepohonan yang besar hingga tak terlihat bintang di langit; gelap-gulita. Ketika Susan dan Nisa ingin berlari, di depan terlihat mahluk besar yang berbulu lebat. Robi menghilang begiti saja ketika Nisa ingin menarik tanganya, dan yang dia tarik bukanlah tangan Robi. Melainkan tangan kuntilanak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun