Oleh: Rosidah binti Musa
Dari jauh Tina menghampiriku yang tengah makan bakso dibawa jembatan CSWBY,
napasnya tersengal-sengal. Sengaja aku tak menanyakan apa-apa, karena membiarkan
dia untuk bernapas sejenak.
Tangannya membawa kertas putih yang sepertinya sudah dibuka dari amplop, aku
hanya diam membiarkan dia berkarta dulu. Dia menggoyang-goyangkan kertas itu
dihadapanku.
"Ini, kamu tahu ini apa?"
"Memangnya apaan. Tin?"
Napasnya belum teratur, akhirnya dia menyerah dan duduk disampingku. Mbak
tukang bakso menawari, tangan Tina dadah-dadah. Yang mengisyaratkan bahwa ia tak
ingin memesan apa pun.
"Nggak Mbak, aku baru saja makan," ujarnya masih dengan napas yang belum teratur. Aku melihatnya hanya tersenyum dibarengi bersama tukang bakso ia pun
tersenyum.
"Kertas putih itu apaan toh? Dari tadi kamu goyang-goyangkan ...."
"Sebab inilah, membuatku berlari dari ujung ke sini. Cuma mau kasih tahu kamu,"
katanya menyodorkan kertas itu, "kamu baca sendiri, aku tidak akan membaca untukmu
...."
Perlahan tanganku meraih kertas yang berada di tangan Tina, perlahan pula aku
membukanya dan membaca isi dalam kertas itu. Mencoba untuk tenang membaca
setiap baitnya, aku tak bersuara meskipun membuatku terperanjat membaca isi dalam
surat itu.