Mohon tunggu...
Neni Nurachman (Nie_NooR)
Neni Nurachman (Nie_NooR) Mohon Tunggu... Guru - Penulis Fiksi dan Non Fiksi

Suka menulis non fiksi dan fiksi, namun lebih sering fiksi dengan gendre tulisan bernilai untuk bahan bacaan anak dan remaja. Tulisan syarat makna kehidupan dan pembentuk karakter anak.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Semarak HUT ke-74 RI Sisakan Sampah

17 Agustus 2019   15:10 Diperbarui: 17 Agustus 2019   15:36 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Seluruh Indonesia bahkan warga yang berada di luar negeri, tentu turut serta meramaikan HUTRI. Setiap tahun, berulang. Tentu dengan memunculkan kreativitas yang berbeda. Biasanya karya rakyat musiman. 

Tahun lalu, di daerahku musim hiasan kampung dari aneka plastik yang diisi air warna-warni, digantung di ranting pohon. Kalau bendera kecil disambung sepanjang gang, sih, selalu ada tiap tahun. Umbul-umbul merah putih, atau warna-warni tentu selalu hadir.

Tahun ini, tas kresek warna-warni digelembungkan, lalu disusun membentuk segala hiasan. Ada yang dirangkai berupa gapura, bentuk beraneka. Kresek berwarna cerah, tak biasa ada atau digunakan pembungkus makanan dan belanjaan. Ini berada di sepanjang jalan.

"Gapuraku banyak dipakai selfie, keresek hias dan lampu kelap-kelip, termasuk baru, ya, apalagi membentuk simbol cinta. Total biaya habis sekitar lima ratus ribuan,"jawab seorang teman, yang membuat kreasi.

Bagus, memang. Kreativitas, iya. Tapi, nanti, sampah plastik itu di buang ke mana? Dibakar? Pulusi udara dong. Dibuang ke TPU, apalagi. Jika hanya beronggok di atas tanah, satu kabupaten saja sampah plastik bekas hiasan HUTRI ke-74, berapa banyak? Tahu sendiri, kalau sampah plastik itu tak dapat diuraikan oleh tanah. Itu baru dari sampah plastik umbul-umbul.

Aneka kreasi dari setiap desa dibuat sebagus mungkin. Penilaian demi gelar karnaval 17-an gengsi tersendiri untuk kepala desa. Salut pada pembuat karya seni dari bahan kayu, bambu, kertas, daun-daun, bahkan sayuran yang memjadi aksesoris. Jika terbuang pun, akan mudah terurai dan menjadi kompos. Sayang, banyak yang menggunakan berbahan plastik, estetikanya memang bagus. Lagi-lagi membahayakan lingkungan.

Bisakah mulai tahun depan, kreasi karnaval 17-an dalam rangka HUTRI dianjurkan berbahan ramah lingkungan? NKRI harga mati. Bukan sekadar slogan. Merawat bumi pertiwi ini salah satu wujud cinta tanah air. Negeri ini dipelihara harus masif oleh semua pihak, mulai dari hal kecil, semisal penggunaan bahan plastik.

Dirgahayu Republik Indonesia!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun