Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Kisah Anak Pinggiran Rel Kereta

20 Juli 2023   20:30 Diperbarui: 20 Juli 2023   20:56 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kala kusambangi kampung halaman
Sekelebat nampak aku dan teman-teman
Duduk di pinggiran rel
Diam-diam menjejerkan paku tuk dilindas kereta
Tak dinyana penjaga datang
Kami pun dikejar
"Bahaya, Nak, kereta bisa terjungkal!" teriaknya cemas

Saat berulang tahun,
Bundaku menjunjung tampah
Penuh pincuk nasi dengan urap serta lauk lainnya
"Anak-anak, Ade Neni ulang tahun, sekarang!"

Kami pun melingkar Bunda di kerindangan pohon kelapa
Makan pincuk nasi sederhana
Tak ada nyanyian, tak ada ucapan selamat
Hanya doa dilangitkan Bunda

Seringkali kami menunggu kereta
Menyapa turis asing dari Jakarta
Di antara kami terjalin persahabatan tanpa kata
Mereka melempar coklat dan gula-gula dari sela jendela
Dengan sukacita kami menerima sawerannya
hingga adu sikut dan kepala
namun tetap gembira

Saat libur tiba
Kami naik kereta yang perwis depan rumah
Ibu menitipkan kami kepada kondektur
Tujuan ke Pamalayan atau Pangandaran
menghabiskan liburan
di runah handai taulan
duh, senangnya

momen penuh makna dan sukacita
Anak-anak pinggiran rel kereta
tak terlupa

(Repost dari Antologi Puisi Bebas Sepenggal Kenangan Masa Kecil KPPJB, Juli 2023)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun