Kala kusambangi kampung halaman
Sekelebat nampak aku dan teman-teman
Duduk di pinggiran rel
Diam-diam menjejerkan paku tuk dilindas kereta
Tak dinyana penjaga datang
Kami pun dikejar
"Bahaya, Nak, kereta bisa terjungkal!" teriaknya cemas
Saat berulang tahun,
Bundaku menjunjung tampah
Penuh pincuk nasi dengan urap serta lauk lainnya
"Anak-anak, Ade Neni ulang tahun, sekarang!"
Kami pun melingkar Bunda di kerindangan pohon kelapa
Makan pincuk nasi sederhana
Tak ada nyanyian, tak ada ucapan selamat
Hanya doa dilangitkan Bunda
Seringkali kami menunggu kereta
Menyapa turis asing dari Jakarta
Di antara kami terjalin persahabatan tanpa kata
Mereka melempar coklat dan gula-gula dari sela jendela
Dengan sukacita kami menerima sawerannya
hingga adu sikut dan kepala
namun tetap gembira
Saat libur tiba
Kami naik kereta yang perwis depan rumah
Ibu menitipkan kami kepada kondektur
Tujuan ke Pamalayan atau Pangandaran
menghabiskan liburan
di runah handai taulan
duh, senangnya
momen penuh makna dan sukacita
Anak-anak pinggiran rel kereta
tak terlupa
(Repost dari Antologi Puisi Bebas Sepenggal Kenangan Masa Kecil KPPJB, Juli 2023)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H