Kupaksakan terus mengikutinya, menari di dalam kamar, berhari-hari. Diam-diam aku selalu berlatih sendiri, sambil mengintip gerakan Teh Dini sampai hafal.
Yuhuuu...
"Nah, akhirnya bisa, kan?"
Betapa terkejutnya aku, karena Ibu tiba-tiba sudah ada di belakangku. Rupanya beliau memergokiku sedang menari sendiri di kamar.
Aku tersenyum malu.
"Duh, kirain gak ada Ibu!" keluhku.
"Bagus juga tarianmu, Nak!" Ibu memujiku. Senyumnya terpancar tulus.
Aku menggeleng-gelengkan kepala dengan jengah. Pipiku terasa panas.
"Enggak, Bu, aku gak luwes kayak Teh Dini."
Ibu tersenyum simpul
"Kalau rajin, gerakanmu pasti luwes juga, An! Berlatih lagi sama Teh Dini, ya"