"Gak, ah! Pegal!" ujarku.
Aku kemudian berlari menjauh, dan masuk ke dalam rumah.
Ibu hanya menggeleng-geleng kesal melihat kelakuanku.
Melihat raut wajah kecewa Ibu, aku jadi sedih!
Kenapa sih, harus nari? Aku gak mau nari! Aku maunya lari saja kayak A Bari! Gak usah berlenggang lenggok mengikuti irama!
Huuu...
Tak urung aku kemudian mengintip dari balik jendela kamar. Mengintip gerakan tarian Teh Dini yang indah!
Perlahan kucoba mengikutinya diam-diam.
Duh, susahnya!
Kaki kanan maju satu langkah, kedua kaki ditekuk. Tangan kiri ke samping, tangan kanan di dada dan berputar! Lalu maju mundur, kepala digerak-gerakkan dengan luwes.
Aduh, pusing! Keluhku dalam hati.