Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Teh Dini, Gud Morning Ay Lap Yu!

30 Januari 2023   16:33 Diperbarui: 30 Januari 2023   16:35 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Teh Dini, gud morning ay lap yu!"

Suara Nugi, putra Bu Ida, tetangga sebelah, membangunkanku. Sinar mentari mengintip dari sela jendela kayu yang sudah keropos.

Duh, aku kesiangan, nih! Semalam tidurku agak kemalaman. Makan pecel malam-malam, membuat tidurku jadi nyenyak.

Baca juga: Bintang di Mata Ibu

Cepat-cepat aku bangkit. Teh Dini dan Ati, sudah tak tampak. Kain selimutnya sudah terlipat rapi. Kulipat kain selimutku ngasal, dan bergegas menuju kamar mandi. Lantai terasa licin, pertanda sudah dipel Teh Dini. Duh, tugasku menyapu halaman rumah, belum kutunaikan.

Kulaksanakan salat subuh, meski telat, dan segera keluar rumah mengambil sapu lidi. Kulihat di halaman, Teh Dini sedang mengasuh Ati, Kak Bari sedang  asyik menggambar layangan, sedangkan Ibu tak terlihat. Mungkin beliau masih di pasar.

Hari Minggu yang cerah, selesai bertugas, kami bisa leha-leha atau sarapan pagi. Nasi goreng bertabur bawang goreng, sungguh harum sekali. Ibu sudah menyiapkan empat piring nasi goreng, dan untuknya, seperti biasa, tak ada. Mungkin nasinya hanya cukup untuk kami berempat.

Di halaman rumah Bu Ida, kulihat Nugi melambai-lambaikan tangan. Dia anak usia 3 tahun, seusia Ati, yang sangat mengidolakan Teh Dini.

Setiap bangun tidur, ia akan mengintip ke arah rumah kami  dan berteriak, "Teh Dini, gud morning, ay lap yu!"

Ih, kok, bukan ke aku, sih, bilang ay lap yu, nya? Hahaha. Duh, darimana, ya, dia mendengar kalimat itu? Sungguh kami tak habis pikir.

Kusapu halaman, yang ternyata tak banyak sampah. Hanya dua helai daun jambu batu yang tergeletak di sana. Aku melihat-lihat barangkali ada pepaya yang matang. Buahnya bulat kecil, dan bila sudah tampak menguning di salahsatu sisinya, pertanda pepaya itu sudah matang, dan bisa langsung dimakan.

"Teh, udah ada yang matang, nih!" aku berseru riang. Ibu sangat suka dengan pepaya mungil itu.

"Biar A Bari yang ngambil, An!" Tehi Dini melarangku mengait pepaya dengan galah.

"Aku saja yang metik!"

"Jangan!" sergahnya.

Kuurungkan maksud memetik pepaya, dan ikut duduk bergabung dengan Teh Dini dan Ati di teras.

"Hai, Nugi, sini!" Teh Dini melambaikan tangannya.

Nugi mengeleng-gelengkan kepala.

"Ayo, sini!" aku turut memanggilnya.

Dengan malu-malu, Nugi menghampiri, dan duduk bersama kami.

"Tadi bilang apa sama Teh Dini?" aku menggodanya.

"Gak mau!" Nugi tersipu.

"Ayo, bilang sekali lagi!"

"Gak!" Nugi mengeleng-gelengkan kepalanya. Rambutnya yang panjang dan pirang berjuntai-juntai.  Rambut bagian belakang paling bawah tidak dipotong, dan dibiarkan memanjang, seperti ekor kucing.
Lucu sekali penampilannya, menirukan penyanyi rock terkenal saat itu.

"Loh, beraninya kalau jauh saja, ya?" canda Teh Dini.

Nugi hanya mesem-mesem.

"Kok sama Teh Ana gak bilang ay lap yu, sih?" tanyaku penasaran.

Nugi meleletkan lidahnya. Hihi, ternyata dia gak lop sama aku, hiks...

"Aku mau pulang dulu!" Nugi berlari pulang. Ia memang tak pernah betah duduk berlama-lama. Anak kecill itu sangat lincah dan periang.

"Yah, kok pulang!" Ati berseru kesal. Biasanya mereka anteng bermain bersama, ketika kami di sekolah.

Nugi tak menggubris, dia berlari kencang, dan hilang di balik pintu rumahnya.

Tetapi sejurus kemudian, dia kembali melongok keluar, dan berseru," Teh Dini, gud morning ay lap yu!"

Hah?

Hehehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun