Inilah mungkin yang dinamakan hukum rimba, siapa yang kuat, dia yang menang!
"Ayam birma memang begini. Mereka ayam petarung!" paksu melepaskan jeratan pohon pare pada salah satu kaki anak ayam itu.
Pohon pare kesayangan, sudah mulai kering batangnya, karena setiap saat dipatuki mereka. Pohon yang tadinya berbuah lebat, kini tinggal satu dua saja buahnya.
"O, yang telurnya berwarna biru, ya?" aku pernah melihat telurnya.
"Iyaa."
"Nanti lebaran, kita bagikan ke saudara, dan juga Pak RT yang telah berbaik hati meminjamkan kebun untuk kandang ayam."
"Iya, mending dibagikan aja, Beh!" aku mengangguk setuju.
Aku sendiri kurang suka makan ayam yang dipelihara paksu, gak tega rasanya! Aku dan anak-anak lebih suka ayam BR, yang dagingnya empuk, dan setiap hari tersedia di warung langganan.
Mudah-mudahan mereka lekas tumbuh besar, biar bisa dibagikan, dan takkan kudengar lagi suara menciap kesakitan, karena pertarungan.
Ketiga anak ayam itu, hingga kini masih tetap bertarung, entah sampai kapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H