Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pedagang yang Membuat Pembeli Ketakutan

12 Desember 2022   14:10 Diperbarui: 12 Desember 2022   14:23 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh Neni Hendriati

Jam baru menunjukkan pukul 06.30 saat tiba di sekolah. Hm, masih ada waktu untuk memeriksa pesan yang masuk, pikirku.  

Ketika sedang membuka tas, tiba-tiba saja seorang bapak-bapak bertopi dengan tas besar di punggungnya, menerobos masuk ke ruang guru. Tangan kiri memegang berbagai pisau berbagai ukuran, berikut  cangkul kecil, sekop kecil, dan linggis kecil. Tangan kanannya memegang pisau tajam.

Dia begitu saja menghampiriku sambil menyodorkan pisau, tepat di wajahku. Sekilas, dia seperti sedang mengancamku! Dia menatapku dengan pandangan dingin.

Perasaanku menjadi gak enak dan ketar-ketir! Jantungku berdegup dengan kencang, keringat dingin menetes di punggungku. Beberapa saat aku melongo ngeri, tak bisa berkata-kata!

Posisiku duduk di belakang  meja, dan dia berdiri tepat di depanku.

"Ada apa, Mang?" tanyaku setenang mungkin.

"Ini jualan pisau!" katanya.

Pisau yang disorongkannya, hanya berjarak 20 senti dariku. Sungguh, gak ada akhlak!

Aku beringsut mundur.

"Maaf, pisaunya agak jauhan!" ujarku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun