Mohon tunggu...
NENI RATNA YULIANI
NENI RATNA YULIANI Mohon Tunggu... Administrasi - Membaca Dan Menulis Adalah Dua Sejoli

Saya, seorang ibu rumah tangga biasa yang juga seorang ibu bekerja, yang suka banyak hal untuk dikerjakan. Saya suka menulis, meskipun hanya sebatas untuk disimpan sendiri sebagai catatan pribadi atau bisa disebut sebagai diary sehari-hari saya. Saya suka membaca, apa saja. Dari mulai novel, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Menyanyi pun saya suka, tapi hanya sebatas menyanyi di rumah, tidak untuk tampil di depan umum. Memasak pun saya suka, tapi juga sebatas untuk makanan biasa yang tidak memerlukan perlengkapan lengkap. Yang paling terkini yang masih saya lakukan adalah berkebun, menanam dan merawat tanaman hias. Saya juga senang bermedsos. Saya punya akun Facebook, Instagram, Twitter, dan bahkan punya channel Youtube, di mana saya bisa mengunggah video dari kegiatan saya berkebun dan merawat tanaman hias. Sisanya, saya suka nonton film. Saya suka film apa saja, tetapi saya paling suka dengan film drama, film detektif, dan film biografi.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Majalah Mangle dan Poe Mieling Basa Indung Sadunya (Hari Memperingati Bahasa Ibu Sedunia)

21 Februari 2023   17:30 Diperbarui: 21 Februari 2023   17:33 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya menulis artikel ini bukan sengaja karena hari ini adalah Hari Mieiling Basa Indung Sadunya (dalam Bahasa Indonesianya adalah Memperingati Bahasa Ibu Sedunia). Saya juga baru tahu, bahwa hari ini, 21 Februari,  adalah hari Mieling Basa Indung Sadunya, dari status teman-teman di Whatsapp. Tapi jadi kebetulan sekali, karena artikel saya kali ini akan membahas tentang Majalah Mangle, Majalah berbahasa Sunda, bahasa ibu saya.

Saya mengenal Majalah Mangle melalui ayah saya. Beliau berlangganan majalah berbahasa Sunda ini sudah sejak lama, di samping berlangganan Majalah Panji Masyarakat, Majalah Intisari, Koran Kompas dan Koran Pikiran Rakyat. Waktu itu saya masih di sekolah dasar. Sebenarnya saya sudah dibelikan majalah anak-anak Kawanku dan Majalah Bobo. 

 Entah kenapa saya ikut-ikutan membaca Majalah Mangle ini, dan terus membacanya sampai saya dewasa, kemudian berhenti setelah menikah apalagi setelah mempunyai anak, di mana waktu untuk membaca  sudah dirasakan mulai terasa sempit, sekaligus juga sudah mulai menghemat pengeluaran.

Pada saat itu, Majalah Mangle terbit seminggu sekali, dan menanti seminggu itu rasanya lamaa sekali. Ketika ayah saya pulang dari Jakarta (beliau kerja di Jakarta, pulang ke rumah di Sukabumi seminggu sekali), saya tidak akan peduli oleh-oleh yang lain, yang pertama kali saya tanyakan, pasti Majalah Mangle, bahkan saking tidak sabarnya, sering sekali saya langsung membuka tas ayah saya, mencarinya sendiri.

Oh ya, sebelum lanjut, ada baiknya saya perkenalkan terlebih dulu sedikit tentang Majalah Mangle ini.

Majalah Mangle, adalah majalah mingguan berbahasa Sunda, yang diterbitkan oleh PT. Mangle Panglipur, didirikan di kota Bogor, Jawa Barat, pada tahun 1957. Mangle sendiri artinya ranggeuyan kembang dalam Bahasa Sunda, atau untaian bunga dalam Bahasa Indonesia. Ide namanya dicetuskan oleh Bapak Wahyu Wibisana, yang merupakan salah satu pendirinya. 

Para pendirinya yang lain adalah: Oeton Moechtar,  Rochamina Sudarmika, Sukanda Kartasasmita, Saleh Danasasmita, Utay Muhtar,  Alibasah Kartapranata, dan Abdullah Romli. 

Dalam sejarah media Bahasa Sunda, Majalah Mangle ini termasuk  yang  paling eksis, terbukti sampai saat ini masih tetap bertahan, masih terbit, meskipun dari awalnya terbit seminggu sekali, hanya menjadi satu bulan sekali.

Pada tahun 1962, kantor Majalah Mangle pindah ke Kota Bandung, dengan pertimbangan Kota Bandung adalah pusat budaya dan pemerintahan di Provinsi Jawa Barat. 

Pada tahun-tahun sebelum jaman serba online dan serba digitaal, Majalah Mangle ini pernah mengalami masa kejayaannya, dengan oplag yang terus meningkat dari wkatu ke waktu, dan sudah mendapatkan tempat serta simpati di hati masyarakat Jawa Barat pada umumnya, termasuk saya dan ayah saya.

Total halaman Majalah Mangle ini sendiri sebenarnya tidak begitu banyak, jamannya saya dulu, kalau tidak salah, hanya terdiri dari sekitar 20 halaman saja. Dengan sampul yang sederhana, biasanya foto wanita cantik, lalu halaman artikel dicetak dengan menggunakan kertas tipis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun