Mohon tunggu...
Neng Tita
Neng Tita Mohon Tunggu... -

think like a wiser, act like a winner.........!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

dialog dua dinding

13 Juni 2010   01:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:34 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di penghujung malam, dimana yang terdengar hanya bisik angin malam dan cicit cericit binatang malam yang bergerilya mencari remahan sisa makan malam. di bagian belakang sebuah rumah, terdengar bisik- bisik dua sahabat yang nyaris tak terdengar kuping manusia. hanya mereka berdua yang bisa mendengar. berdiri saling memunggungi dan berpaling muka. mereka berdiri sama kokoh, sama - sama berperawakan tinggi, namun kulit mereka berbeda. yang satu berkulit cerah dan bersih namun sisi yang lain berkulit gelap serta kotor.mereka hanya bisa saling menyapa saat banyak penghuni rumah sudah terlelap karena kekenyangan dan kelelahan, saat itulah si hitam berhenti bekerja dan bisa merehatkan tangan - tangannya. buat si hitam itu adalah kesempatan yang baik untuk bersandar ke punggung si bersih untuk meletakkan ketegangan punggungnya. maka si bersih pun akan dengan suka rela mendengar keluh serta kesahnya. usia si hitam beberapa tahun lebih tua dari si bersih, si bersih lahir setelah keluarga Maryoto ini menuai sukses untuk beberapa tahun lalu. mereka menempatkan si bersih di depan si kotor. membuat si kotor harus rela terpinggirkan perlahan - lahan.sejak awal kelahirannya, si bersih selalu tampak rapi dan cantik. bu maryoto selalu memberi tahu pembantunya untuk memoleskan cairan pembersih terbaik di negerinya agar si bersih senantiasa bersinar,dan kain yang lembut agar tak ada goresan di kulitnya.karena itu si bersih begitu wangi dan mempesona. namun perlahan bu maryoto melupakan si hitam yang telah bekerja keras selama ini, di biarkannya kulit si hitam berubah kusam dan berminyak. banyak debu menempel di sana sini. beberapa sudut telah berubah fungsi menjadi tumpukan perkakas lama. betapa menyedihkan, keluarga ini melupakan jasa si hitam yang begitu besar setiap hari. dari si hitam lah lahir berbagai makanan lezat dan bercita rasa tinggi. bahkan si bersih pun tak mampu melakukan pekerjaanya dengan tuntas tanpa batuan si hitam. dia hanya mampu menghangatkan makanan, merebus air minum, dan membuat makanan - makanan remeh dan ringan lainnya. sedangkan si hitam selalu di bebani tugas memasak ikan yang amis, daging yang berlemak, menanak nasi, dan pekerjaan - pekerjaan berat lainnya. sudah bisa dipastikan aura si hitam begitu panas, pengap dan berasap. namun seharusnya itu bukan alasan bu Maryoto melupakannya begitu saja. hingga suatu malam, terjadilah sebuah percakapan antara si hitam dan si bersih, tetap dengan posisi yang saling memunggungi. "sampai kapan aku harus sabar ya 'Sihh..?semakin hari aku merasa tubuhku tak lagi sehat. lihat saja aroma tubuhku begitu menyedihkan, bu maryoto sering membuang makanan dari bak cuci piringku, makanya pipaku sering mampet karena tersumbat. kulitku pun kusam karena jarang di gosok, banyak renda bergelayut menghias kepalaku. bahkan sekarang ini anak- anak bu maryoto juga sudah sangat jarang menyapaku. padahal dulu waktu mereka masih kecil mereka rajin membantu mamanya memasak. sekarang?jangankan memasak, sekedar menyapu lantaikupun mereka tampak jijik. mereka lebih suka duduk di meja mu 'Sih..tentu saja sambil menyantap makanan yang aku buat...Hhhh..."si hitam menghela napas panjang sambil meluruskan punggungnya ke punggung si bersih... di sisi lain si bersih tampak iba mendengar sahabatnya begitu putus asa. Dia merasa bersalah karena kehadirannya di rumah ini, secara perlahan mecuri posisi si hitam selama ini. "maafkan aku, Sahabatku..aku tak pernah bermaksud mencuri perhatian mereka dari mu. Aku harus mengucapkan banyak terima kasih kepadamu, karena dari tanganmu lah lahir makanan nikmat dan sedap yang tersaji di meja pantryku. Dan aku tinggal menghangatkannya. Semua tak akan ada tanpa kamu Tam..” bisik si bersih penuh rasa bersalah.. "bukan salahmu Sih, tapi keluarga inilah yang tak tahu terima kasih. Mereka melupakan jasaku selama ini. Tapi selalu menuntutku melakukan pekerjaan setiap hari demi perut mereka yang tak pernah merasa kenyang.lihat lantai dan sudut – sudut ruangku. Banyak sampah dan tumpukan barang- barang yang tak berguna. Dadaku rasanya sesak sekali ‘Sih.." si Hitam mengerang pelan “aduuh…kamu kenapa Tam…?coba tarik napass….rileks yaaa…” si bersh coba menenangkan hitam… “banyak tikus yang membuat sarang dalam lemariku..mereka menumpuk sampah dan kadang menggigit kulitku..kulitku mulai bopeng ..seperti borok dimana- mana..aku bosan dengan keadaan ini “sih…hkkss…hkkss…” si Hitam mulai terisak..membuat si bersih semakin iba dan tak kuasa mendengarnya.. “bersabarlah Sahabatku…Tuhan pasti mendengar tangismu….aku tak mampu berbuat banyak untuk menolongmu….” Tiba – tiba tercium aroma aneh dari ruang si Hitam…aroma yang cukup mereka kenali.. “Tam..Tam..tabung gas kamu bocor ya..??”bersih mecoba memanggil Hitam dengan panik.. “iya Sih…makanya dadaku terasa sesak sejak tadi…tikus- tikus itu menggigitnya sejak kemarin..bu Maryoto jarang memperhatikan selangku, tapi dia lupa jika dia sering menyipratkan sisa makanan kemana-mana..apa yang harus aku lakukan ‘Sih..tangaku tak mampu menggapai selang- selang itu…bagaimana caraku memberi tahu keluarga ini…beberapa jam lagi bu Maryoto pasti bangun untuk menyuruhku bekerja..dan itu berbahaya”suara si bersih tampak cemas.. “iyaa…aku tahuu….aku tahuu Tam…tapi coba kamu pikir, mungkin itu cara Tuhan membantu kita, membantu kita memberi pelajaran kepada keluarga tak tahu terima kasih ini…” “tidak ‘Sih..aku berharap tidak akan terjadi apa – apa dengan keluarga ini…jangann..jangannn….”tapi mereka sudah jahat kepadamu ‘Tam..mereka melupakan jasamu..bahkan lupa untuk merawatmu…biarkan saja mereka terbakar..biarkan mereka terkena letupan gasmu….biarkannn..itu salah mereka”suara si bersih tampak berapi – api karena emosi… “tidak ‘Sih..aku berharap jangan..bagaimanapun mereka seperti keluargaku, meski mereka memperbudakku…tapi aku juga tidak tahu bagimana cara memberi tahu mereka..sekarang mereka masih asik dengan mimpi-mimpinya..”sssttt…sssttt…ada yang datang Tam….sudahh..mari kita berdo’a saja…”bisik bersih tiba- tiba Terdengar langkah kaki, suaranya yang terseret menunjukkan si pemilik kaki masih diserang malas dan kantuk. Bersih melirik jam dinding yang tergantung di ruang tengah..pukul 4 pagi. Bu maryoto sudah bangun.. masih dengan pakaian tidurnya. Bu maryoto mengisi air ke ketel. Sepertinya dia mau merebus air panas. Dengan menenteng ketel dia menuju ruang si Hitam. Melihat itu Hitam hanya bisa mendesah panjang. Dia sedih, karena tak mampu memberi pesan akan bahaya pada majikannya.Bu maryoto pasti tak menyadari itu.. Dan akhirnya, CKLIK…tombol itu pun di putar… BLARRRRRRRRRRRRRRRRRRRR……!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Semua berubah gelapp..suara runtuhan tembok dan jeritan bercampur membelah pagi…menghancurkan bagian belakang rumah. dinding itupun roboh menimpa tubuh bu maryoto.Dengan tubuhnya si Dinding hitam berusaha meraih dan menutupi tubuh majikannya dari sambaran api..namun ternyata caranya tak banyak membantu. Kobaran api lebih sigap menyambar kesana kemari.suasana berubah kacau balau, asap pekat dan api dimana- mana. seluruh penghuni rumah diserang panik berhamburan keluar. begitu pula tetangga- tetangga mereka. Si hitam dan si bersih pun tergolek menjadi puing dan tak sadarkan diri….sambil memeluk bu maryoto.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun