Mohon tunggu...
Tanti Amelia
Tanti Amelia Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

love art and writing so much

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Blast!

29 September 2015   21:00 Diperbarui: 29 September 2015   21:12 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Namanya Evandra. Lengkapnya Evandra McKenzie Suryapranata.

Ia blasteran Sunda Irlandia. Dengan tinggi 182 cm, dada yang bidang, dan wajah yang nyaris absolutely perfect, tentu saja Evan- begitu ia biasa dipanggil- akan membuat wanita menoleh sejenak, mengagumi ‘berkah’ tak terduga itu.

Pernah nggak, kalian duduk-duduk di Starbucks atau Coffee Bean (hei.. kalian disini maksudku cewek, yaa..) terus ada laki-laki berjalan ke kasir dan membuat tiramisu yang sedang kalian gigit terasa seperti sepotong spons lembab atau kalian keselek capuccino frappe? Nah..Evan tipe cowok seperti itu.

Sejak Mami meninggal, Dad bersama Alicia, kakak perempuan tertuanya yang telah berkeluarga, pindah ke Belfast Irlandia. Mereka memutuskan untuk kembali menekuni bisnis resto keluarga, dan karena Evan serta kakaknya Ben tak mau ikut, mereka menempati rumah di daerah Gegerkalong, Bandung. Sebuah rumah berdesain retro yang nyaman. But, the truth is crystal; Evan merasa tak rela meninggalkan Mami sendiri disini, di tanah kelahirannya. Sebagai anak bungsu, ia dekat sekali dengan Mami. Dan hingga kini, sudah tiga tahun berlalu, Evan selalu tak alpa membawakan seikat gladiol putih segar setiap bulan ke tempat peristirahatan Mami.

Sore itu, Evan kelihatan segar dengan t-shirt polo biru tua dan celana jeans belel. Go Goon Agency akan mengadakan minute meeting di Southbank Gastrobar, sebuah resto bernuansa grunge, unfinished dan vintage yang sangat kental, terletak di Jalan Aceh.

 

Evan, si penyuka lagu-lagu slow rock, duduk santai menyesap secangkir latte. More than words can say- Alias mengalun. Ia sengaja datang lebih awal karena ingin menikmati kesendiriannya. Ruang resto yang sengaja dibuat temaram dengan pencahayaan lampu kuning yang minim dan jejeran sofa kulit berwarna merah, membuat imajinasi dan kreatifitasnya terpicu. Ia memainkan pensil di jarinya ketika tak sengaja menatap ke samping kanan.

Seorang gadis manis tampak sedang berbincang seru dengan dua orang kawannya di spot coffee corner. Jantungnya berdetak kencang… bukan karena terpesona dengan kecantikan gadis-gadis itu, di advertising agency tempatnya bekerja, kan berseliweran banyak artis. Bukan itu. Ia tercekat karena selain gadis itu berponi dan berhidung bangir, saat tersenyum tampak giginya yang gingsul dan lesung pipit dalam di pipi kirinya.

Really?
Itukah 'dia'?

Wajah gadis itu -mirip jika tak bisa dibilang sama persis dengan gadis yang beberapa kali hadir dalam mimpinya selama setahun terakhir ini...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun