Mohon tunggu...
Neng Sumiyati
Neng Sumiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Humaniora, Uin Maulana Malik Ibrahim Malang

جرب ولاحظ تكن عارفا

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Kita ke Arah yang Sama, Jalannya Saja yang Berbeda

12 Maret 2024   22:50 Diperbarui: 12 Maret 2024   22:53 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://unsplash.com/photos/sNn-uQW-Hjo

Pagi ini aku membaca buku karya pak Rusdi Mathari yang berjudul " Hormati yang tidak puasa, Hormati yang merokok ".  Aku pikir saat itu ko bisa pas sekali dengan puasa hari pertama. Untuk pernyataan yang pertama aku sangat setuju dengan beliau. Mengingat betapa majemuknya masyarakat Indonesia, belum lagi tidak semua muslim juga mampu menunaikan kewajibannya di bulan ini. Rasanya sulit jika hal pertama masih dikatakan sebagai " pelecahan terhadap agama, tidak ada toleransi dan sebagainya ".

Menganggap yang tidak berpuasa dengan yang tidak-tidak. Begitu juga dengan stempel cap jelek yang terkena pada warung atau kedai makanan yang masih buka saat Ramadan. Ayolah jika setiap tahun kita hanya memperdebatkan hal-hal seperti ini, kapan naluri kita akan tergerak untuk hal yang lain?. Gorengan opini mengenai agama di setiap bulan suci tertentu memang sering menjadi primadona pembicaraan masyarakat kita. Namun mari kita mulai dari sendiri untuk tidak mudah tergiring opini yang belum tentu benar dan jelas itu. 

untuk pernyataan yang kedua, jika melihat dari pandangan pak Rusdi beliau berpendapat bahwa perokok yang sering didemo dan dilarang kebebasannya di berbagai tempat itu juga butuh ruang, bukan hanya sekedar larangan.  Saya sendiri setuju jika perokok memiliki ruang sendiri di ruang publik, agar kita bisa sama-sama nyaman dan mengerti sama satu sama lain.Tidak ada lagi ketersinggungan atau kesengajaan satu sama lain. Saling menyindir atau bahkan hanya acuh tak acuh. 

Dari buku ini di puasa hari pertama justru menyimpulkanku pada kalimat " Kita ke arah yang sama, jalannya saja yang berbeda" . Ramadan ini mari kita rayakan dengan kedamaian dengan penuh prasangka baik. Namun tetap melihat batas wajar, mana yang bisa dan mana yang benar mutlak tidak bisa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun