Bibir sumbing adalah kelainan bawaan yang terjadi akibat gangguan penyatuan bibir, gusi, atau langit-langit saat kehamilan. Biasanya dapat diketahui pada kehamilan trimester pertama.
Terjadi akibat proses pembentukan wajah di dalam rahim tidak berjalan dengan sempurna. Pertumbuhan dan perkembangan sel pada wajah tidak menyatu dengan sempurna sehingga menyebabkan adanya celah pada bibir bayi.
Proses yang tidak sempurna ini juga menyebabkan adanya celah pada langit-langit mulut. Sehingga anak mengalami gangguan makan, gangguan berkomunikasi, hingga infeksi telinga.
Dampak kondisi bibir sumbing pada anak terhadap tumbuh kembangnya tidak sesaat, namun akan berkepanjangan hingga usia dewasa jika tidak segera ditangani.
Kondisi sumbing berisiko meningkatkan anak mengalami gangguan kesehatan. Mereka kesulitan mendapatkan nutrisi yang cukup karena susah makan dan minum akibat kondisi yang dialami. Asupan nutrisi yang kurang ini dapat melemahkan respons imun mereka.
Dampak lebih lanjut atas kondisi ini, anak dengan bibir sumbing akan mengalami stunting dan kekurangan berat badan. Menyusui dan memberi susu botol membutuhkan waktu lebih banyak bagi anak-anak dengan bibir sumbing.
Tentu saja butuh kesabaran dari orang tua saat memberinya makan. Terlebih, biasanya mereka akan memuntahkan makanan melalui hidung dan mulut saat menyusui. Menghadapi kondisi seperti ini tidak jarang orang tua akhirnya pasrah. Terutama bagi mereka yang tinggal jauh dari akses layanan kesehatan.
Belum lagi kondisi bibir sumbing dapat menurunkan rasa percaya diri anak, lalu menarik diri dari pergaulan dan sosialisasi. Kondisi bibir sumbing memang bisa multy effect. Tidak jarang pula masih ada orang tua yang belum menerima kondisi anaknya.
Tidak ingin kondisi bibir sumbing pada anak berlarut-larut tanpa penanganan, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, TBK kembali menggelar operasi bibir sumbing gratis.
Bekerjasama dengan Rotary Club Semarang Bojong, operasi gratis ini menyasar 60 anak penderita bibir sumbing. Operasi digelar selama empat hari, yaitu 24-27 Januari 2024 di Rumah Sakit Katolik Marianum Halilulik, Belu, Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT).