Smesco menyakini melalui kegiatan ini dapat menambah jumlah wirausaha Indonesia. Pemerintah (Kementerian Koperasi dan UKM) sendiri menargetkan mencetak 1 juta wirausaha dalam satu tahun. Diharapkan, pada 2014 rasio wirausaha Indonesia mencapai 4 persen, yang saat ini baru sekitar 3,4 persen.
"Saya yakin 5 atau 10 tahun depan, para peserta Fiksi ini menjadi wirausaha sukses yang dapat membuka lapangan pekerjaan bagi yang lain. Smesco akan memfasilitasi, membantu mengembangkan, bagaimana pemasarannya, pengemasannya, dan lain-lain," katanya.
Staf Ahli Mendikbudristek Bidang Manajemen Talenta Tatang Muttaqin, menyebutkan, dari 100 orang terkaya di Indonesia tidak ada satupun yang PNS. Tidak ada satupun yang bekerja. Semuanya wirausaha. Dan, dari 100 orang itu ada empat orang anak muda yang ternyata bibitnya berawal dari Fiksi.
Menurutnya, dari kegiatan ini para peserta bisa belajar lebih banyak, bersosialisasi, berorganisasi, membangun jejaring dan memperkuat komunikasi. Dengan begitu, para calon wirausahawan ini akan mampu membangun relasi dengan investor.
"Beberapa hal kunci dalam berinovasi dan  berwirausaha itu sudah dimiliki para peserta. Ketika melalui tahapan-tahapan, bernegosiasi. Itu menjadi bagian penting dalam kreativitas dan inovasi. Menjadi modal dasar penting untuk menjadi wirausahawan," katanya.
Bagi seorang calon wirausaha, situasi yang sulit dan tidak menentu justru dapat menjadi peluang untuk menciptakan beragam solusi yang inovatif, memetakan mitra potensial dalam kolaborasi strategis, dalam upaya membentuk wirausaha yang berdampak luas dan berkelanjutan.
Diharapkan, target Indonesia menjadi lima kekuatan ekonomi besar dunia sebagaimana yang diharapkan Presiden Joko Widodo dapat terwujud. Faktor teknologi dan faktor kewirausahaan sudah Indonesia miliki. Â
Plt Kepala Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Hendraman menyampaikan Fiksi ini bertujuan mengidentifikasi potensi kewirausahaan untuk menumbuhkan jiwa kemandirian para siswa. Menumbuhkan generasi wirausahawan muda kreatif dengan wawasan sosial yang berkelanjutan.
Fiksi ini sebenarnya sudah dimulai pada 2015. Jadi, masih relatif muda. Meski masih muda, namun prestasi para siswa tidak kalah luar biasa. Karya-karya anak bangsa ini  mampu memberikan solusi-solusi. Minimal solusi di wilayah dan di daerahnya masing-masing. Jelas ini menjadi suatu kebanggaan.
Dengan hadirnya karya-karya dari para peserta Fiksi kali ini bisa menambah inovasi di tahun ini. Para juri pun, termasuk Wientor, menjadi semangat memberikan penilaian terhadap karya-karya yang lebih berkelas. Secara keseluruhan karya-karya sekarang ini lebih inovatif dan lebih memberikan solusi bagi banyak hal. Sesuatu yang memang menjadi salah satu tujuan Fiksi.
Â
"Ada hal yang paling saya atau kami juga lihat caranya adalah karya yang dibawa mampu dijelaskan mampu memberikan kesan, mampu memberikan harapan besar pada Indonesia.