Saya setiap ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia atau ke DPRD DKI Jakarta, di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, untuk menghadiri suatu agenda kegiatan, seringnya jalan kaki dari Stasiun Gondangdia. Kebetulan saya pengguna setia commuter line.
Anggap saja olahraga sambil melihat-lihat "pemandangan" sekitar (padahal mah sebenarnya ingin mengirit). Paling butuh waktu sekitar 30 menit. Jaraknya masih dekatlah bagi saya. Kalau waktunya tidak memungkinkan, ya apa boleh buat, saya naik ojek online.
Entah sudah berapa kali "rutinas" itu saya lakoni. Dan, ternyata saya baru tahu ada bus TransJakarta dari Stasiun Gondangdia ke Perpustakaan Nasional. Jenis bus reguler nonBRT atau nonbus rapid transit atau nonkoridor atau bus yang tidak melalui jalur khusus busway. Nomor "trayeknya" 2Q.
Itu pun tanpa sengaja. Saat itu, Rabu 12 Juli 2023. Ketika saya dan anak kedua saya jalan kaki dari kantor PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di jalan Sam Ratulangi, Menteng, Jakarta Pusat, menuju Stasiun Gondangdia, saya mendapati bus TransJakarta ini "mangkal". Tidak begitu jauh dari pintu Selatan Stasiun Gondangdia.
Saya baca running text di tubuh bus "2Q Stasiun Gondangdia - Balaikota". Wah kalau berhenti di Balaikota berarti depan Perpustakaan Nasional dong. Lha kok saya baru tahu ya? Padahal saya sering wara wiri di Stasiun Gondangdia. Sering juga melewati halte yang di pintu Selatan. Mengapa bisa luput?
Tahu begitu kan dari kemarin-kemarin saya naik ini saja. Lumayan kan bisa irit. Irit ongkos, irit tenaga, irit waktu. Ya sudah, saya ajak anak saya untuk menjajalnya. Kebetulan anak saya ini ingin ke Perpustakaan Nasional. Mumpung masih libur sekolah.
Naiklah kami dengan men-tap in e-money terlebih dulu. Tarifnya hanya Rp3.500. Murah, bukan? Penampakkan busnya sih tidak beda jauh dengan bus non BRT lainnya yang sering saya naiki. Sejuk, bersih, dan nyaman. Ini juga pertama kalinya anak saya naik bus TransJakarta yang nonBRT. Baru naik bus TransJakarta lagi setelah sekian tahun lamanya. Kasihan juga.
Saya perhatikan penumpang juga tidak terlalu ramai. Entah karena banyak yang belum tahu (seperti saya), entah karena belum jam pulang kantor?
Bus pun melaju. Dari Stasiun Gondangdia bus melaju dan berhenti di halte BRI Menteng, lanjut berhenti di halte Kanisius, lanjut berhenti di halte Grapari Telkomsel, lanjut halte Balaikota. Dalam hitungan saya, perjalanan tidak sampai 30 menit. Cepat, kan?
"Pak, kalau mau ke Stasiun Gondangdia naik ini lagi?" tanya saya kepada pengemudi, memastikan.
"Iya," jawabnya. Saya pun lega mendengar jawaban itu. Berarti, irit lagi dong.
Penumpang yang tidak seberapa banyak itu pun turun setelah men-tap out e-money. Naik bus TransJakarta memang harus men-tap out e-money. Naik men-tap, ketika turun men-tap lagi. Jika tidak, kartu akan terblokir.
Saya jadi geli sendiri betapa "lugunya" saya yang baru mengetahui ada bus TransJakarta 2Q. Terakhir ke Perpusnas waktu bulan puasa lalu. Ke sini naik ojek online, ke Stasiun Gondangdia naik ojek online juga.Â
Padahal saya sempat meneduh di halte Balaikota karena hujan. Dan, tidak menyadari ada bus TransJakarta yang ke Stasiun Gondangdia meski busnya berhenti di depan saya hahaha... Saya hanya memperhatikan penumpang-penumpangnya saja.
Selesai dari Perpusnas kami naik bus 2Q lagi. Kebetulan, pas sampai di pintu keluar Perpusnas, bus sudah standby. Rutenya melewati Kebon Sirih, Dewan Pers, DPRD DKI, lalu berbelok ke halte Stasiun Gondangdia 2. Saya tidak turun di sini dengan pertimbangan pintu masuk stasiun di depan lagi dekat Pasar Gondangdia. Malas saja jalan kakinya hahaha...
Saya pikir bus ini berhenti juga di pintu masuk stasiun depan pasar Gondangdia eh ternyata tidak. Jadi berbelok ke kanan, belok kiri, tembus ke jalan Sam Ratulangi, terus baru deh berhenti di titik perhentian terakhir di pintu Selatan stasiun. Saya mengikuti rute ini sambil memerhatikan sekitar.
Itu berarti rute bus ini menghubungkan jalan-jalan strategis di Jakarta Pusat. Adapun jalan yang dilalui bus ini yakni Jalan Kebon Sirih, Jalan Menteng Raya, Jalan M.I Ridwan Rais hingga Jalan Medan Merdeka Selatan.
Baguslah. Jadi bisa irit. Kalau dihitung-hitung PP hanya mengeluarkan ongkos Rp7.000 saja per orang. Irit banget kan?
Oh iya, karena ini jenis bus non BRT, jadi kita tidak bisa transit jika ingin ke tujuan lain tanpa bayar lagi. Bisa transit tapi harus menyeberang dulu ke halte busway, yang posisinya persis di depan halte Balaikota. Karena tidak terintegrasi, maka kita harus men-tap in kartu lagi dengan tarif Rp3.500. Tidak apa-apalah. Tetap masih murah, masih terjangkau.
Demikian. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H