Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sepenggal Lara di Kereta Jam Pulang Kerja

24 Februari 2023   21:44 Diperbarui: 24 Februari 2023   21:49 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keretaku telah tiba, di stasiun tujuan, pada jam pulang kerja. Aku mendengar langkah-langkah kaki yang terburu-buru, sambil menghitung jejak-jejak peluh, berhamburan bersama penat yang menggigit.

Aku merasakan hembusan napas yang memburu. Bersama angin yang berisik. Seperti menahan perih yang menusuk. Bukan di lambung meski perut-perut menjerit kelaparan. Perih yang dirasa ini, tertikam oleh keangkuhan. Mematikan hati nurani, yang perlahan hilang bersama kesombongan.

Mulut-mulut ramai membicarakan. Lidah-lidah berdansa di ujung gelisah. Ada tanya kala rangkaian kata menari mengulikmu. Tentang tatapan mata yang bagaikan busur panah.  Melesak menembus hati. Mengoyak rasa kemanusiaan, yang saat itu seketika mati.

Tangan yang merekam. Tendangan yang membabi buta. Pukulan yang bertubi-tubi. Sumpah serapah yang berhamburan bersama lengkingan tawa. Membiarkan tubuh yang terkapar bersimbah darah. Tidak bergeming. Di antara hidup dan mati.

Bibir kelu. Tidak bisa berkata-kata. Ketika anak muda terjerembab oleh amarah. Tidak ada penyesalan dalam sorot mata. Tiada kata maaf terucap dari mulut. Kau hanya diam. Entahlah, apakah kau merenungi kesadisanmu?

Kaki-kaki melangkah keluar peron. Menuju  pulang. Meninggalkan sepi di ujung malam. Menyisakan lara yang usang diterjang gelombang waktu. Luka-luka hati yang menganga. Tersayat syahdu. Layu.

Kereta pun melaju, meninggalkan sedu sedan, bersama semua luka, yang tercabik mengiris setiap waktu. Aku menangis, dalam relung hati. Kembali kepadaMu. Hamparkan sejadah. Bersujud. Memohon ampunan. Agar selalu dalam perlindunganMu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun