Kemarin, saya ada tiga agenda kegiatan yang harus saya hadiri. Dua agenda diadakan secara offline, satu agenda lagi secara online. Untuk yang online tidak ada masalah karena bisa online di manapun selama kuota internet masih ada.
Sementara itu, acara yang offline di dua lokasi yang berbeda dan sangat berjauhan. Acara yang pertama di Hotel Ashley Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang kedua di Sasana Kriya Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Sebagai pengguna transportasi umum dengan tarif yang murah meriah, jelas saya harus berpikir keras bagaimana caranya bisa kedua lokasi yang berjauhan dengan waktu yang hampir bersamaan.
"Begini aja deh. Kita cabut jam 10, terus kita naik bus Trans dari Halte Sarinah ke Bundaran Senayan, terus transit naik yang ke Cawang Uki, terus lanjut ke TMII, naik ojek deh," kata saya pada Stevani, kawan kuliah yang juga memiliki agenda yang sama dengan saya.
Semula kawan saya ok, tapi akhirnya berubah plan karena sepenglihatannya Halte Sarinah masih dalam renovasi dan belum beroperasi. Usulan saya juga terlalu ribet. Transit berkali-kali. Belum lagi kalau lama menunggu. Wah, sampai di sana bisa-bisa acara sudah selesai.
"Kita naik kereta aja Butet di Stasiun Gondangdia, dari situ naik Gocar deh. Dari sini kita naik bajaj, gue yang bayar. Nah, yang Gocar baru deh kita patungan. Biar cepat sampai aja," usulnya.
"Ok," kata saya.
Sampailah kami di Stasiun Cawang. Tapi berubah pikiran lagi. Tidak jadi naik taksi online melainkan bus Transjakarta 7D rute Tugu Pancoran - Kampung Rambutan. Bus ini berhenti persis di Stasiun Cawang di halte luar, nanti baru menyambung ke halte dalam.
Semula kami berencana turun di Halte Cawang UKI baru lanjut naik yang ke Pinang Ranti turun di Tamini Square atau naik yang ke TMII. Eh tidak disangka bus Transjakarta 7D ini ternyata melewati TMII.
"Taman Mini, Kampung Rambutan," seru petugas bus ketika berhenti di Halte Cawang UKI kepada penumpang yang sudah antre di pintu.
"Bang, bus ini ke Taman Mini?" tanya kawan saya ketika kami mendengar ucapannya itu.
"Iya, Bu," jawabnya.
Wah, senyum kami pun mengembang. Jadi tidak perlu transit lagi. Tinggal duduk manis. Bus lalu melanjutkan perjalanannya. Setelah meninggalkan Halte Cawang UKI, bus memasuki toll dalam kota (Tol Cawang UKI?).
Keluarnya yang ke arah Tamini Square. Semula kami berpikir berhenti di halte Tamini Square, jadi dari sini mau lanjut dengan taksi online. Eh ternyata, bus belok ke kanan ke arah Padepokan Pencat Silat.
"Bang, kalau mau ke TMII turun di mana?" tanya saya.
"Nanti di depan, Bu," jawabnya. Kami semakin lega, berarti jarak semakin dekat, yang berarti tarif juga semakin berkurang besarannya.
Bus berhenti di Masjid At Tien. Saya bertanya apakah turun di sini? Petugas bilang nanti di depan.
"TMII pintu 1 atau pintu 3?" tanya petugas.
"Pintu 3," jawab saya.
"Nanti di Pintu 3 saja Bu," jawabnya.
"Memang ini tujuan akhirnya ke mana?" tanya saya.
"Terminal Kampung Rambutan," jawabnya.
"Oh melewati Pintu 3 TMII?" tanya saya memastikan.
"Iya, Bu," jawabnya.
Kami pun tertawa. Ini rezeki nomplok namanya. Semula mau naik taksi online, tidak jadi. Semula mau transit-transit, tidak jadi. Sepanjang perjalanan ya duduk manis. Apa namanya kalau bukan rezeki nomplok?
Tarifnya saja cuma Rp3500. Bandingkan jika kami jadi naik taksi online. Bisa berkali-kali lipat. Busnya juga adem karena pakai AC. Penumpang juga tidak ramai, mungkin karena masih siang. Terpenting sih tidak macet. Perjalanan benar-benar dimudahkan dan dilancarkan.
Akhirnya sampailah kami di Halte TMII pintu 3. Katanya sih ini halte baru. Karena ini halte pengumpan, jadi bentuk haltenya tidak seperti halte yang di jalur khusus. Tapi cukup luas dan nyaman. Ada atapnya juga. Jadi calon penumpang bisa meneduh jika hujan.
Dari sini, kami tinggal jalan kaki deh ke Sasana Kriya, yang tidak begitu jauh dari Teater IMAX Keong Mas. Kami sampai pukul 11.30 WIB, sesuai dengan rencana. Alhamdulillah...
Ketika memasuki gerbang TMII kami terkagum-kagum karena wajah TMII sudah berubah. Lebih cantik dibanding sebelumnya. Setelah direvitalisasi TMII terlihat lebih bersih. Jalan-jalannya juga dipercantik.
***
Acara selesai, kami kembali naik Bus Tranjakarta 7D. Tadinya, rencana kawan saya, turun di Terminal Kampung Rambutan lanjut naik angkot D112 (Depok - Kp Rambutan) atau T19 (Depok - TMII) tapi lebih seringnya hanya sampai Terminal Kp Rambutan.
"Kenapa kita tidak lanjut aja ke Stasiun Cawang, naik kereta, lebih cepat. Depok kan macet banget lagi ada penataan trotoar," kata saya.
"Oh bisa ya, kan itu bukan halte khusus, tapi terminal," katanya.
"Bisa. Kita nggak usah keluar dari bus. Gue waktu di Terminal Senen juga gitu. Gue tetap stay di dalam bus," kata saya.
Setelah bertanya ke petugas, nanti kami transit naik bus Transjakarta yang di depan. Tidak perlu ngetap lagi. Bilang saja habis naik dari bus Trans yang di belakang. Nanti ngetap out-nya saat turun di Stasiun Cawang.
"Oh begitu. Baiklah. Terima kasih," kata kami dengan senyum mengembang. Berartu irit lagi kan?
Sesampainya di Terminal Kampung Rambutan kami berganti bus Transjakarta tapi masih dengan nomor trayek yang sama. Ternyata ada lebih dari 3 bus Transjakarta dengan rute yang sama yang sedang "ngetem".
Mungkin, waktu saya di Terminal Senen, tidak ada lagi bus di depan dengan trayek yang sama. Itu sebabnya, saya tetap stay di dalam bus. Jika ada, mungkin saya juga diminta untuk berganti bus.
Selama perjalanan kami memperhatikan bus berhenti di halte mana saja. Jadi, jika nanti ada agenda atau ada keperluan di sekitaran sini, tidak perlu bertanya-tanya lagi. Tidak perlu pusing lagi memikirkan jarak yang jauh dan ongkos yang lumayan besar.
Sebelumnya, kalau mau ke TMII biasanya saya naik kereta turun di Stasiun Tanjung Barat, baru naik angkot T19 nanti nyambung angkot lagi atau naik ojek. Ribet kan? Belum macetnya.
Nah, sekarang tidak perlu bingung lagi. Naik kereta, turun di Stasiun Cawang naik bus Transjakarta D7 deh kalau mau ke TMII. Praktis, lebih efisien, dan lebih efektif. Hemat waktu, hemat energi, dan tentu saja hemat uang.
Kami memutuskan naik bus Transjakarta sampai tujuan akhir di Tugu Pancoran. Ingin mengetahui lebih jauh lagi halte yang disinggahi. Karena bus ini putar balik di Pancoran, jadi kami tidak perlu keluar dari dalam bus atau transit.
Sampailah kami di Stasiun Cawang atas. Pas turun, kartu e-money ditap lebih dulu. Jadi, pas naik dan turun kita tap dua kali. Kalau tidak kartu diblokir. Saldo hanya terpotong Rp3500. Lalu lanjut deh naik kereta.
Demikian. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H