Bisa jadi selama hidup anak kita belum sholeh, tetapi setelah kita mati dia berubah menjadi orang yang sholeh, dan dikenal masyarakat atas kesholehannya.
Banyak kasus seperti ini. Ketika orang tua masih ada, si anak bandelnya minta ampun, tapi ketika meninggal, anaknya tersadar dan menjadi sholeh.Â
"Ada kawan saya, seorang ustadz dan ulama punya anak yang susah dinasehati. Pokoknya bandel. Ketika orangnya meninggal anak itu sekarang menjadu ustadz yang lebih dikenal dibanding ayahnya. Yang penting kita tidak boleh berputus asa untuk selalu mendoakan," ujar ustadz.
Ayat 6 surah At Tahrim tersebut merupakan kelanjutan dari ayat-ayat sebelumnya yang saling berkaitan. Perintah Allah kepada Rasul bagaimana membina hubungan suami isteri yang baik. Ini harus kita jadikan tuntunan dalam menjaga keharmonisan rumah tangga.
Dalam ayat 1Â Allah berfirman, "Wahai Nabi, mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin mencari keridhaan istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang".
Ayat ini mengingatkan Nabi mengapa mengharamkan sesuatu yang dihalalkan hanya sekedar untuk menyenangkan salah satu isterinya karena kecemburuannya pada isteri yang lain.
Teguran ini diturunkan ketika Rasulullah melarang dirinya minum madu setelah beliau meminum madu di rumah Zainab. Isteri Nabi, Aisyah dan Hafshah, cemburu. Jadi, ketika nabi mampir di rumah keduanya, lantas berkata,
"Aku mencium bau maghafir -- sejenis tanaman yang berasa manis namun baunya tidak sedap, maka Rasulullah berkata kepada Hafshah, "Tidak mengapa, aku telah meminum madu di tempat Zainab, dan aku tidak akan mengulanginya lagi."
Allah menurunkan ayat ini untuk menegur Nabi, "Mengapa kamu melarang dirimu dari sesuatu yang Allah halalkan bagimu, demi mendapat kerelaan Aisyah dan Hafshah? Allah Maha Besar ampunan dan rahmat-Nya".
Sejatinya, Nabi melakukan itu demi menjaga keharmonisan rumah tangga. Tetapi ijtihad Nabi ternyata keliru sehingga ditegur oleh Allah.