Seperti biasa, selepas shalat subuh saya berjibaku di dapur. Apalagi kalau bukan untuk menyiapkan sarapan buat anak-anak saya. Ya namanya juga emak-emak, yang  tidak lepas dari urusan dapur.
Kakak Putik dan Kakak Najmu, setiap hari masuk pagi. Jadi, saya harus memastikan anak-anak sarapan. Bagi saya, sarapan sangat penting biar anak-anak bisa berkonsentrasi saat belajar.
So, sarapan menjadi agenda wajib yang tidak boleh terlewatkan. Begitu pesan kesehatan yang saya turuti hehehe...
Ok, kali ini saya bikin scotel ubi ungu. What, ubi ungu again? Ya, bagaimana dong, ubi ungunya masih ada. Tinggal beberapa lagi sih. Jadi, saya ingin memanfaatkan bahan yang ada saja.
Mau beli macaroni, kudu keluar duit lagi dong. Lagi pula sudah umum itu. Scotel macaroni mah sudah biasa itu. Saya mau bikin yang tidak biasa. Ke luar dari pakemnya. Namanya juga bereksperimen hehehe...
Saya cek di kulkas, ada wortel parut sisa kemarin, 1 buah kentang, 1 buah jagung, kol. Ada 3 potong nugget ayam juga. Ok, bisa nih dijadikan isian schotel.
Jadi, saya siap-siapkan bahannya. Ubi ungu 200 gr rebus yang sudah dihancurkan, 4 lembar daun kol diiris-iris, keju parut 150 gram, 1 buah wortel diparut, 2 butir telur ayam, 1 buah jagung dipipil, 1 buah kentang dipotong tipis-tipis pakai parut pemotong.
Saya siapkan juga 2 siung bawang putih dicincang, 1/2 potong bawang bombay diiris-iris 1/2 paprica hijau, 1 gelas susu cair, potongan nugget, 1/2 sendok teh garam, 1/2 sendok teh lada bubuk, dan 1/2 sendok garam penyedap rasa.
Ok, mari kita eh saya eksekusi. Bawang putih, bawang bombay, paprica ditumis dengan 1 sendok makan margarin, tumis sampai harum, sambil diaduk-aduk.
Setelah harum masukkan ubi ungu, kentang, jagung pipil, kol, wortel parut, potongan nugget, aduk-aduk, kasih sedikit garam, sedikit lada bubuk, sedikit penyedap rasa. Aduk-aduk merata sampai agak matang.
Kemudian masukkan parutan keju dan segelas susu cair, aduk-aduk, sampai agak mengental. Matikan kompor. Terus masukkan telur kocok. Aduk-aduk. Sengaja tanpa api agar telurnya tidak menggumpal. Koreksi rasa. Saya coba enak, rasanya pas. Benaran, nggak bohong.
Selanjutnya, masukkan adonan ke wadah cup, lalu kukus deh selama 10 menit. Mau dioven tidak punya loyangnya. Malas juga harus keluarin oven dari dus. Ribet. Saya cari yang simpel saja.
Selesai deh. Setelah dikukus sajikan di meja makan. Tidak lupa saya siapkan saos tomat dan saos sambal. Siapa tahu kalau dicocol saos jadi tambah enak. Untuk menyajikan menu ini butuh waktu sekitar 30 menit saja. Simpel kan?
Bagaimana reaksi "para pelanggan" saya? Dan survey membuktikan...menu sarapan kali ini enak...! Begitu kata anak-anak saya.
"Enak Bund," kata Kakak Putik.
"Iya, enak," kata Kakak Najmu.
Kata suami dan bocil juga enak. Saya tawari si mbak untuk mencoba ketika dia tiba di rumah. Katanya, enak.
"Enak nggak?" tanya saya pada bocil yang dijawab enak ketika saya suapi sambil menunggu jemputan.
"Benaran enak ini Bund. Pantesan Kakak Putik, Kakak Najmu suka, emang enak," kata suami, yang ternyata makan satu porsi itu sudah cukup mengenyangkan buatnya.
"Ayo, Bunda nyobain," kata suami.
"Aku mah udah tadi habis anak-anak berangkat," jawab saya.
"Ini enak Bund, enak banget," kata si Mbak.
Alhamdulillah kalau begitu. Berarti eksperimen saya berhasil dong. Berhasil, berhasil, berhasil! Tepuk tangan buat saya. Sajian ini menurut saya cukup sehat dan bergizi.
Demikian cerita saya. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H