Hari Minggu sejatinya hari leyeh-leyeh saya. Biasanya menjadi hari bermalas-malasan buat saya. Pokoknya malas buat ngapa-ngapain. Maunya nonton sambil rebahan.
Oh iya dong setelah enam hari berkutat dengan pekerjaan, saya perlu merilekskan tubuh saya. Walaupun pekerjaan saya lebih banyak dikerjakan di rumah alias work from home.
Tapi, hari ini tumben-tumbenan juga saya mau "bergerak". Belanja sayuran di abang sayur yang mangkal di depan kompleks rumah. Biasanya sih si Mbak yang belanja. Berhubung Minggu, jadi libur deh si Mbak.
Kalau hari Minggu itu, biasanya saya malas ke luar rumah, kecuali kalau ada agenda pekerjaan. Â Saya berbelanja karena penasaran saja apakah harga-harga sayuran merangkak naik? Jika harganya naik apakah imbas dari kenaikan harga BBM bersubsidi?
Kata abang sayur, harga sayuran rata-rata naik. Cabai, kacang panjang, buncis, bawang merah, bayam, kentang dan masih banyak lagi.
Kenaikan dipicu akibat mobilitas dan suplai barang. Dia tidak mau menaikkan harga tinggi-tinggi. Khawatir jadi sepi pembeli. Dia mengaku tidak mengambil untung banyak. Terpenting bisa menutupi modal.
"Hampir semua jenis sayuran mengalami kenaikan harga. Keuntungan yang didapat juga berkurang," tutur abang sayur yang ditemani isterinya melayani pembeli.
Kacang panjang semula Rp10 ribu menjadi Rp15 ribu, buncis dari Rp12 ribu menjadi Rp15 ribu. Kentang dari awal harga Rp12 ribu menjadi Rp15 ribu.
Bawang merah semula Rp30 ribu menjadi Rp35 ribu. Cabai merah keriting Rp75 ribu menjadi Rp80 ribu. Cabai rawit merah dari Rp30 ribu menjadi Rp45 ribu.
Katanya, kenaikan harga-harga sayuran ini bukan karena imbas naiknya harga BBM bersubsidi. Harga sayuran sudah naik sebelum harga BBM bersubsidi naik.