Ternyata, ada dua jenis bus yang juga diujicobakan. Yaitu bus jenis Zhongtong. Ini juga termasuk jenis bus besar dengan low entry. Didatangkan langsung dari China. Memiliki kapasitas baterai 350 kWh dengan dua pengisian daya, yakni satu mode lambat dan satu cepat.
Desain depan bus Zhongtong mempunyai posisi headlight cukup rendah. Dari samping, bus Zhongtong terlihat ceper karena memang peruntukannya memiliki pintu masuk rendah (low entry). Jadi, penumpang bisa naik dari halte pinggir jalan dan tidak perlu naik ke halte yang tinggi.
Zhongtong sendiri bus besar yang memiliki dimensi panjang 12 meter, lebar 2,5 meter dan tinggi sekitar 3,5 meter. Pintu penumpang bagian depan meskipun rendah, tetapi harus naik tangga untuk masuk ke kabinnya. Berbeda dari bus low entry yang langsung bisa ke kabin, tanpa naik anak tangga.
Satunya lagi jenis Golden Dragon yang memiliki kapasitas baterai sebesar 326 kWh dengan kecepatan pengisian daya selama 60 menit.
Disebutkan secara bertahap Transjakarta akan mengubah bus bertenaga fosil hingga 2030 seluruhnya menjadi bertenaga listrik.
Bus listrik yang saya naiki ini kalau saya perhatikan ya tidak beda jauh dengan yang biasa saya naiki. Bedanya mungkin terdengar dari suaranya yang lebih lembut dibanding bus TransJakarta yang berbahan bakar fosil.
AC cukup dingin. Kursi prioritas yang berwarna merah juga cukup banyak. Tapi kalau saya amati tidak bisa mengangkut banyak penumpang karena jumlah kursinya yang tidak sebanyak biasanya. So far, okelah buat saya mah.
Tidak terasa saya pun sampai di halte RSCM yang tidak begitu jauh dari pintu masuk IGD. Dari sini, saya pun berjalan kaki memasuki area RSCM menuju bagian Radiologi. Saya sampai sini jam 9.40. Cepat juga, kan...
Demikian sekilas cerita dari saya.