"Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal dan bertanya kepadanya tentang suatu perkara, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari" (HR. Muslim)
Begitu penegasan Ustadz Rikza Maulan Lc, MAg menjawab pertanyaan jamaah Kajian Islam Ahad Subuh (KISAH) Masjid Al Ihsan Permata Depok, Pondok Jaya, Cipayung, Kota Depok, Minggu 14 Agustus 2022.
Pertanyaan yang muncul saat kajian berakhir ini menanggapi fenomena dukun berkedok agama yang belakangan viral setelah kedoknya itu dibongkar oleh Pesulap Merah.
Sebelumnya, ustadz menyampaikan jimat yang banyak dipercayai masyarakat kita adalah bentuk ketidakyakinannya pada kekuasaan Allah. Orang tersebut tidak menyakini dan berpasrah pada Allah. Tidak tawakal. Mengaku beriman tetapi tidak menyakini hingga sampai harus mendatangi dukun.
KISAH kali ini memang mengupas kajian hadist mengenai "Yakin dan Tawakal". Bertawakal kepada Allah, yaitu bersandar dalam segala urusan kepada Allah. Bukan kepada makhluk yang lain.
Tawakal dimaknai merupakan aktifitas hati. Artinya, tawakal adalah perbuatan yang dilakukan oleh hati. Bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan. Bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan, tawakal juga bukan suatu keilmuan dan pengetahuan.
Jika kita telah meyakini hal itu maka kita akan bersandar kepada Allah dalam urusan rezeki, keselamatan dari berbagai macam bahaya, dan sebagainya. Jadi, tawakal hakikatnya adalah percaya sepenuh hati kepada Allah ta'ala.
Orang yang bertawakal kepada Allah akan menjauhi perbuatan yang diharamkan oleh Allah, seperti melakukan praktik sihir. Termasuk juga mendatangi para dukun dan peramal.
Jangan terkecoh dengan penampilan fisik orang yang mengaku dukun atau orang pintar karena dianggap punya kekuatan supranatural untuk menyelesaikan masalah.
Jidatnya yang hitam, sorbannya yang besar, jenggotnya yang panjang. Jika melakukan tidak sesuai dengan syariat Islam, maka itu tidak dibenarkan. Diharamkan.