Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Munggahan Sebelum Rapat, Pererat Silaturahmi

1 April 2022   08:37 Diperbarui: 1 April 2022   08:40 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rabu, 30 Maret 2022, di kediaman saya, ada "rapat" perpisahan kelas 9A SMPN 1 Depok. Menghadirkan beberapa orang tua murid dan anak-anak. Melibatkan dua pihak agar orang tua bisa tahu apa yang diinginkan anak-anak dalam kegiatan perpisahan.

Sebelum rapat dimulai, kami menyiapkan hidangan makan siang bertemakan "munggahan", yang sudah saya siapkan.

Makan nasi liwet beralaskan daun pisang secara bersama-sama. Teman nasinya, semur jengkol, cumi cabai hijau, dan ikan asin sebagaimana permintaan orang tua murid.

Usul munggahan ini muncul mengingat sebentar lagi umat Islam memasuki bulan Ramadhan atau bulan puasa. 

Ini memang semacam tradisi menyambut datangnya Ramadhan yang umumnya dilakukan di akhir bulan Syaban. Tradisi yang hingga kini masih terlaksana dengan baik.

Karena itu, munggahan dirasa tepat. Makan bersama sambil bersilaturahmi dan bermaaf-maafan sebelum memulai puasa.

Terlebih di antara orang tua murid, selama tiga tahun ini ada juga yang baru saling mengenal. Maklum saja, memasuki tahun kedua, pandemi Covid-19 melanda. Otomatis, tidak ada pertemuan-pertemuan.

Meski munggahan ini identik dengan umat Islam, khususnya urang Sunda, namun di antara kami juga ada yang beragama lain dan ikut "merayakan" munggahan ini dengan penuh suka cita. Seperti halnya umat Islam yang menyambut Ramadan dengan penuh kegembiraan.

Munggahan sendiri istilah yang selama ini melekat pada orang Jawa Barat, mengingat kata munggahan berasal dari bahasa Sunda "unggah" yang berarti naik ke derajat yang lebih tinggi.

Tradisi ini sudah lama ada. Dari saya masih anak-anak hingga saya setua ini, tradisi ini tidak hilang tergerus zaman. Bisa jadi, dari orang tua saya atau kakek nenek saya masih anak-anak, tradisi ini sudah melekat.

Disebut unggah, karena bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alquran, kitab suci umat Islam. Dan, bulan Ramadhan itu adalah bulan paling tinggi derajatnya dibanding bulan lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun