Angka prevalensi obesitas bagi anak muda Indonesia meningkat. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar, prevalensi obesitas untuk usia 18 tahun ke atas meningkat dari 14,8% di tahun 2013 menjadi 21,8% di tahun 2018.
Mengapa kelompok usia dewasa muda berpotensi mengalami obesitas? Penyebabnya, telah terjadi perubahan aktifitas fisik. Tidak hanya itu. Konsumsi makanan tinggi kalori dengan kandungan gula, garam, dan lemak yang tinggi juga meningkat.
Demikian disampaikan Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan dr. Elvieda Sariwati, M.Epid, Senin, 7 Maret 2022.
Ia menjadi narasumber dalam webinar Festival komunitas #BeatObesity 2022 -- Anak Muda Lawan Obesitas'. Diselenggarakan oleh Nutrifood bersama Kementerian Kesehatan dan Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan).
Webinar ini diadakan dalam rangka memperingati Hari Obesitas Sedunia yang diperingati setiap 4 Maret.
"Kebiasaan yang tidak sehat ini semakin diperparah dengan kondisi pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia. Di masa pandemi, risiko obesitas semakin mengancam. Termasuk pada kelompok usia dewasa muda berusia 17-35 tahun," tandasnya.
Kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi makanan yang tidak sehat sejak pandemi semakin meningkat. Masyarakat juga semakin malas bergerak sehingga berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan-kebiasaan ini berpotensi meningkatkan risiko obesitas.
Padahal, obesitas dapat meningkatkan risiko komplikasi penyakit tidak menular seperti diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi. Masyarakat yang mengalami obesitas justru memiliki risiko diabetes yang lebih tinggi 8 kali lipat. Nah, lho!
Tentunya, hal tersebut perlu diwaspadai. Mengapa? Karena, prevalensi penyakit-penyakit kronis ini di Indonesia terus meningkat.