Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saya Pikir Ekshibisionisme Hanya Dunianya Laki-Laki, Ternyata...

5 Desember 2021   10:06 Diperbarui: 5 Desember 2021   10:12 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin saya membaca berita tentang seorang perempuan dewasa melakukan aksi mempertontonkan bagian vitalnya ke kamera. Aksi pamer payudara dan kemaluannya itu juga terekam di CCTV. Saya pun seketika terhenyak. 

Video vulgar perempuan yang belakangan diketahui beridentitas Siskaee, itu dilakukan di bandara Yogyakarta International Airport (YIA). Aksinya itu beredar di salah satu akun Twitter yang berdurasi 1 menit 23 detik. Dan, sudah bisa diduga langsung viral.

Ternyata, perempuan itu adalah orang yang sama dengan video viral sebelumnya. Salah satunya, video tanpa busana saat menerima paket dari abang ojol. 

Dalam video itu, yang juga sempat saya tonton karena muncul di linimasa Facebook saya, Siskaeee dengan sengaja melepas handuknya hingga bentuk tubuhnya terlihat jelas.

Tapi saat itu, tidak terpikirkan oleh saya kalau itu ekshibionisme. Karena dalam pikiran saya, perilaku menyimpangnya itu hanya ada di dunia laki-laki. 

Dalam benak saya waktu itu, perempuan itu hanya berupaya menggoda si lelaki atau dengan kata lain perempuan pekerja seks komersial.

Siskaeee juga masih tanpa busana berada di parkiran pusat perbelanjaan. Perempuan itu lantas membuka baju hingga memamerkan payudaranya di pusat perbelanjaan tersebut. Pernah juga di minimarket, ia mempertontonkan payudaranya.

Berita terkini, perempuan tersebut berhasil ditangkap Subdit Cyber Direktorat Kriminal Khusus Polda DIY, Sabtu, 4 Desember 2021. Penangkapan dilakukan di salah satu stasiun di Kota Bandung sekitar pukul 15.30 WIB.

Baguslah sudah tertangkap. Biar bisa memberikan efek jera bagi para ekshibionisme lainnya. 

Selain memberikan efek jera, dengan pemberitaan (yang untuk kesekian kalinya) ini para pelaku jadi tersadarkan bahwa perilakunya adalah gangguan kejiwaan dan harus segera mendapatkan penanganan serius. 

Selama ini, yang ada dalam pikiran saya, orang yang sering melakukan aksi ekshibisionisme, hanya para pria. Ternyata, saya salah.

Karena selama ini, berita-berita yang saya baca soal ekshibisionisme itu umumnya pelakunya ya para pria.

Saya sangat jarang menemukan berita sejenis yang pelakunya kaum hawa. Kaum yang identik dengan sosok pemalu dan lembut. Jadi, rasa-rasanya, ya tidak mungkin saja begitu. Apalagi kan dipertontonkan di area publik.

ekshibisionisme sebagaimana yang saya baca di sini adalah suatu bentuk penyimpangan seksual dengan memamerkan alat kelamin di tempat umum, terutama ke lawan jenis, untuk mendapatkan kepuasan seksual. 

Sebagian besar pelaku ekshibisionisme adalah pria, meskipun wanita juga bisa mengalami gangguan seksual ini. 

Pantas, seingat saya tidak pernah menemukan beritanya, kecuali yang kemarin itu. 

Penyebab gangguan seksual ekshibisionisme belum diketahui secara pasti. Meski ada beberapa faktor yang diduga dapat menyebabkan atau meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan ini. Tapi ini juga masih dalam "perdebatan".

Psikolog forensik Kasandra Putranto, menjelaskan, pengidap ekshibisionisme adalah gangguan seksual psikologis. Seseorang akan merasa terangsang ketika menunjukkan alat kelamin atau organ seksualnya kepada orang lain yang bukan pasangannya.

Dengan aksinya itu, pengidap ekshibisionisme ini akan merasa puas jika respons yang melihat alat kelaminnya itu bereaksi kaget, marah, takut, dan shock.

"Eksibisionisme sebenarnya tidak hanya ada pada diri laki-laki, tetapi terdapat juga pada perempuan. Diperkirakan prevalensi pada laki-laki tidak lebih dari dua hingga empat persen. Artinya, presentasenya lebih rendah daripada perempuan," ujar Kasandra sebagaimana yang saya baca di sini.

Orang yang mengalami gangguan eksibisionis juga dapat memiliki gangguan kepribadian, seperti anti sosial atau melakukan gangguan terhadap orang lain.

Jika menjadi korban kasus eksibisionisme, Kasandra menyarankan, korban lebih baik tidak berteriak. Mengapa harus begitu?

"Karena itu yang dikejar. Mereka mengejar ekspresi takut, malu, merasa dilecehkan, kaget, marah, dan lainnya. Lebih baik kasih wajah nggak ramah atau cueklah minimal," ungkapnya.

Untuk menyembuhkan ekshibisionisme ini perlu kesadaran diri dari pengidapnya. Atau dari orang-orang terdekatnya yang membangkitkan atau memotivasi agar pengidap itu sadar untuk berubah. 

Berita ekshibisionisme di atas adalah peristiwa kedua yang cukup membuat mata saya terbuka bahwa "oh ternyata, yang beginian ini bukan monopoli kaum Adam". 

Beberapa hari lalu, saya melihat video yang dishare di group. Terlihat seorang perempuan "berkerudung" naik sepeda motor. 

Tidak jauh dari posisinya berjalan seorang pemuda dengan sarung melingkar di lehernya. Kalau dilihat dari penampakan area yang agak temaram, sepertinya sih waktunya sore menjelang Maghrib.

Kemudian perempuan itu melewati si pria, yang membuat saya kaget, perempuan itu lantas meremas bagian vital si pria. Sekejab. Hanya beberapa detik, lalu perempuan "pembegal" itu menancap gas.

Si pria jelas kaget. Ia lantas berlari mengejar si perempuan itu. Tentu saja tidak terkejar. Membandingkan tenaga manusia dan tenaga mesin beroda, jelas kalah tenaga manusia.

Apakah video itu settingan atau bukan, prank atau bukan? Entahlah, sampai detik ini saya belum menemukan kelanjutan berita soal ini. 

Kalaupun ini settingan, apakah iya perempuan itu mau melakukan hal gila semacam itu? Rasa-rasanya kok di luar logika saya. 

"Kok mau ya? Kok bisa ya? Kok begitu sih?" dan pertanyaan "kok-kok" lain yang mengitari pikiran saya. Ya, aneh saja. Ternyata ada ya, pelakunya perempuan.

Apakah ini termasuk perilaku seksual yang menyimpang atau parafilia? Kalau kata saya, iya. Karena itu, perlu ditangani dengan tepat dan baik. 

Di berbagai negara, beberapa jenis perilaku menyimpang seksual dianggap tindakan kriminal dan dapat dijatuhi hukuman pidana.

Sebagian ahli berpendapat kelainan perilaku seksual disebabkan oleh trauma masa kecil, seperti pelecehan seksual. Ada pula yang mengatakan disebabkan oleh kelainan saraf di otak.

Saya jadi kasihan. Semoga saja bisa segera tertangani dengan tepat dan baik sehingga "penyakit" ini tidak menulari ke yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun