Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika Burung Suami Mati

16 November 2021   12:29 Diperbarui: 16 November 2021   12:45 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bapak lupa kali ya. Saya juga nggak ingat lagi karena biasanya kan Mang Asep yang ngurusi kalo Bapak lagi nggak di rumah," kata saya.

Syukurlah burung-burung yang lain masih hidup. Lalu diberi makan.

Anak-anak pun tidak kalah terkejutnya. "Kalau Daddy marah bagaimana?" kata anak kedua saya.

Suami saya sejak Jumat memang tidak di rumah karena ada agenda touring Land Rover Club Indonesia ke Jogjakarta.

Kasih alasan apa ya kepada suami? Bilang diganggu Popo? Tapi saya bohong dong. Tendensius banget saya. Nanti Popo, kucing kampung yang tinggal di rumah dan dirawat selama bertahun-tahun, itu menuntut saya di akhirat karena memfitnahnya, bagaimana?

Menjadikan dia sebagai kambing hitam atas kematian si burung. Eh, kok kambing hitam, kucing hitam! Membayangkan hal itu saya bergidik.

Lalu saya sampaikan kematian si burung ke suami apa adanya tanpa dikurangi dan ditambahi. Syukurlah, suami menerima keadaan itu meski bersedih mengingat burung yang diberi nama Podang, itu sudah lima tahun bersamanya.

Burung yang sudah mati itu pun akhirnya dikubur di lahan dekat teras. Meski ini bukan hewan peliharaan saya, ya tetap saja saya sedih. Sedih karena kemungkinan mati kelaparan Huhuhuhu

Sebelumnya, bangkai burung saya bungkus dengan kain berlapis-lapis. Saya juga membuat kuburan sedalam minimal 50 centimeter. Lalu saya letakkan bangkai burung di dalam lubang, tutup lubang dengan tanah dari galian tersebut.

Kami pun berdoa dan memohon maaf atas kelalaian kami yang tidak memperhatikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun