Mendengar ultimatum ini, saya dan beberapa orang tua siswa yang memutuskan menunggu berpindah tempat. Menjauh dari sekolah hingga waktu penjemputan.Â
Terkesan ribet memang, tapi jika ingin PTMT berjalan lancar, ya tidak ada salahnya orang tua mematuhi imbauan ini. Tentu saja demi kebaikan bersama.Â
Saat menunggu di tempat lain, ternyata saya bertemu dengan dua orang tua murid yang juga tinggal di kompleks yang sama. Ketika waktu menunjukkan pukul 09.00 kami pun beranjak untuk menjemput.
Ternyata, pulangnya bergiliran. Dimulai dari kelas 2, lanjut kelas 3, baru kelas 4. Penjemputan diumumkan agar orang tua murid bersegera menjemput, dan langsung pulang. Tujuannya, tentu saja untuk menghindari terjadinya kerumunan.
"Senang ke sekolah, ketemu teman-teman, ketemu guru dan bermain di sekolah meski cuma sebentar," kata anak saya ketika saya bertanya bagaimana perasaannya bisa belajar tatap muka.Â
Jawaban yang sama juga dikemukan oleh siswa lain yang terdengar oleh saya. Termasuk anak-anak orang tua murid yang baru saya kenal tadi.
Kami, sebagai orang tua juga antusias mengingat PJJ kerap mengalami beberapa kendala. Seperti jaringan internet yang sering mengalami masalah hingga sulit memahami meteri yang diajarkan oleh sang guru.Â
PTMT kali ini karena bersifat terbatas, tidak semua matapelajaran dilakukan secara tatap muka. Â Selebihnya, pembelajaran dilakukan secara daring seperti yang sudah dilakukan selama ini, berdasarkan jadwal yang diatur oleh masing-masing sekolah.Â
Matapelajaran olahraga dan seni, misalnya, yang harus dilakukan bersama-sama belum dapat dilakukan di sekolah. Begitu pula dengan kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan penunjang lainnya.
Di hari kedua PTMT disebut berjalan aman dan lancar. Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok Wijayanto mengatakan hingga saat ini PTM berjalan aman, lancar, dan belum ditemukan kasus baru terjadinya penyebaran positif covid-19.