Jumat (20/8/2021), sekitar pukul 2 siang, saya sedang mengikuti diskusi kebangsaan yang diadakan Aliansi Kebangsaan secara virtual. Tiba-tiba pada pukul 14.30, perut saya mual. Entah apa penyebabnya. Kalau mual karena telat makan, rasanya tidak.
Berulangkali saya menghirup aroma minyak kayu putih untuk menghilangkan rasa mual. Anak saya juga sudah mengolesi freshcare di dahi saya. Saya lumuri minyak kayu putih di perut saya. Tetap saja rasa mual tidak hilang-hilang juga.
Saya pun mulai muntah-muntah yang disertai perut yang melilit. Entah sudah berapa kali muntah. Dari berkali-kali muntah di kamar mandi hingga muntah di wadah karena untuk melangkah saja mulai gemetar, meski kamar mandi ada di dalam kamar saya.
Dari segala isi makanan keluar hingga lambung kosong. Mulut saya yang mengering dan pahit, menandakan lambung saya sudah mulai kosong. Tapi tetap saja perut saya masih berontak.
Berkali-kali saya mencoba menahan, tapi perut begitu sakit. Seperti ada yang meremas-remas. Saya mencoba menghentikan rasa sakit dengan menekan botol yang berisi air hangat ke perut.
Air panas ini saya taruh di botol minuman. Lalu botol dilapisi handuk kecil, saya kompres deh di perut saya. Biasanya manjur. Tapi kali ini tetap saja rasa sakit tidak berkurang.
Tidak lama berselang perut saya mulas. Beberapa kali saya buang air besar, dan maaf, encer. Mungkin lebih dari 5 kali saya bolak balik kamar mandi.
Anak-anak saya tidak diam. Ada yang bikinkan saya teh hangat, ada yang membawa air putih hangat, ada yang memijit-mijit saya. Tapi tidak mengurangi rasa sakit. Berulang kali saya beristighfar, berulang kali juga saya mengeluh kesakitan.
"Sakit, Bun?" kata suami menghampiri saya. Saya lantas minta diantarkan ke IGD. Terlebih di rumah tidak ada obat khusus lambung selain obat maag. Tapi obatnya bukan ini. Dulu banget, saya juga pernah mengalami kejadian ini tapi obatnya bukan obat maag.
Saya minta ke IGD RS Hermina Depok saja, bukan RS terdekat mengingat pengobatan kanker saya di sini, sejak 2018. Jadi, ada rekam medisnya sehingga saya tidak perlu lagi bercerita soal riwayat penyakit saya. Di rekam medis itu pasti sudah ada catatannya.
Suasana IGD yang Kontras