Sebenarnya saya tipe orang yang sangat jarang ke salon. Sekian lamaaa, baru deh ke salon. Itu juga hanya ingin sekadar tahu, "oh di salon ternyata perlakuannya begini" biar tidak penasaran saja.
Untuk urusan potong rambut, saya sebenarnya lebih senang melakukannya sendiri daripada harus ke salon.Â
Iya, mulai dari SMP saya sudah mencoba-coba hingga sekarang. Terlebih saya kan pakai jilbab, mau bagaimana model rambut saya kan tetap tertutup.
Tinggal duduk di depan cermin, potong deh sesuai keinginan atau gambaran. Pakai alat yang ada di rumah saja, tidak harus seperti yang ada di salon.
Termasuk potong rambut anak-anak saya, sangat jarang dilakukan di salon. Selalu saya lakukan sendiri. Sekalian mengasah bakat yang mungkin saja ini bakat terpendam saya hehehe...
Nah, saat pandemi Covid-19, menjadi alasan tepat untuk tidak ke salon. Ketika anak saya meminta potong rambut di salon, saya menawarkan diri yang memotong rambutnya. "Bisalah itu", kata saya.
Beberapa salon di lingkungan rumah sih tetap buka, salon kawan semasa SMP saya juga buka cuman lagi malas saja ke luar rumah dikarenakan kasus Covid-19 mengkhawatirkan soalnya. Ngeri-ngeri sedap.
Bisa saja sih saya pergi ke salon terdekat dengan memakai masker dan membawa hand sanitizer. Namun, risiko terkena virus tetap masih cukup tinggi.
Belum tentu juga yang menangani tidak membawa virus Covid-19. Iya, kan? Terlebih tidak ada tes antigen. Lha bagaimana coba bisa aman karena kan ada sentuhan fisik di kepala, jadi harus cari aman saja.
"Ngapain ke salon, sini bunda aja yang potong. Bunda juga bisa, nggak kalah deh sama yang di salon. Ngeri tau di luar, mencekam," kata saya suatu ketika.
Kalau anak saya setuju, kan berarti saya tidak perlu mengeluarkan uang. Uangnya bisa dialihkan ke yang lain, bisa beli beras atau telur atau kebutuhan lain yang lebih urgen.