Saya sedang kurang fit ini sebenarnya, efek dari batuk dan pilek. Mungkin tertular dari anak saya. Sebelumnya si kecil, terus ke kakaknya, lalu ke saya.
Tapi saya lega sepertinya ini bukan gejala Covid-19. Setidaknya indra penciuman saya masih berfungsi. Masih bisa membaui beragam aroma dan merasakan rasa masakan yang saya olah.
Hari ini sebenarnya ada urusan yang ingin saya selesaikan dan bersifat segera. Tapi karena body lagi kurang sehat, saya pun mengurungkan niat saya. Stay di rumah saja.
Terlebih Covid-19 menunjukkan lampu merah. Berdasarkan berita yang saya baca hari ini, tren kasusnya kembali naik. DKI Jakarta saja kembali menarik rem darurat.
Kalau saya paksakan bisa-bisa benteng pertahanan tubuh saya jebol. Bisa-bisa virus Corona menghinggapi saya. Bukankah dalam kondisi kurang yang sehat, tubuh rentan diserang berbagai virus. Terlebih saya penyintas kanker.
Baiklah, saya di rumah saja. Tidak ke mana-mana. Agar stamina saya kembali fit, biasanya saya minum secang dicampur madu. Sayang, ternyata stoknya habis.
Ya sudah, saya bikin saja deh. Kebetulan di dapur saya lihat masih ada jahe, kunyit, bawang dayak, mahkota dewa kering, dan kapulaga.
Saya ambil 2 ruas jahe, 2 ruas kunyit, dan 1 buah bawang dayak. Setelah saya bersihkan, saya bakar, baru saya geprek, lalu direbus dalam 600 mililiter air.
Masukkan sedikit irisan mahkota dewa dan kapulaga, tambahkan 1 sendok makan gula aren. Biarkan mendidih sebentar, matikan deh.
Lalu saya tuangkan ke dalam gelas, ditambah 1 sendok makan madu, kocok deh. Minum dalam keadaan hangat, enak banget, menyegarkan, yang hangatnya menjalari tubuh.
