Di antara kita, ternyata ada juga yang memilih untuk hidup sendiri dan tidak menikah alias menjomlo. Di saat kawan-kawan seusianya sudah memiliki beberapa anak, bahkan cucu, dia tetap menikmati hidup single yang dipilihnya.
Ya, seperti kawan saya, kawan geng saat di SMA. Setelah tidak bertemu selama 30 tahun, ternyata kabar yang dibagikan dia adalah masih melajang dan dia happy-happy saja. Tidak ada yang salah, bukan? Begitu katanya dengan senyum lebar.
Entah apa penyebabnya. Apakah karena ada trauma masa lalu yang begitu membekas di hati hingga tetap menjomblo? Seingat saya sih kami berdelapan anggota geng tidak pernah pacaran deh. Tapi... dalam perjalanan berpuluh-puluh tahun selepas SMA, siapa yang tahu?
"Gue kalo nanya-nanya kehidupan pribadi loe, keberatan kagak?" tanya saya dalam pertemuan 2 pekan lalu bersama 2 kawan yang lain dalam satu geng.
"Keberatan kenapa? Loe lihat ekspresi wajah gue bagaimana? Ada tampang kesel nggak?" jawabnya tersenyum.
"Coba ceritain kenapa loe masih menyendiri. Apakah pernah sakit hati? Biasanya kan orang masih sendiri itu karena ada trauma masa lalu," tanya kawan saya yang lain. Ibu dari 5 putra yang menikah di usia 21 tahun.
"Nggak, nggak ada," jawabnya tersenyum lebar.
Saya ceritakan, saya juga dulu sempat pernah terlintas untuk tidak menikah setelah beberapa kali menjalin hubungan eh kandas di tengah jalan.
Mantan-mantan saya itu (mantan-mantan? Berarti banyak dong?) menikah dengan yang lain saat hubungan belum ada kata putus. Mending hubungan yang terjalin hanya hitungan bulan, lha ini tahunan?
Sejak itu, saya mengambil keputusan untuk hidup sendiri saja. Bukan trauma sih, tapi lebih tepatnya malas lagi untuk membuka hati. Dalam "kesombongan" saya, saya selalu berujar "tanpa suami gue juga bisa hidup".
Tapi ternyata di usia saya yang ke-31 tahun, akhirnya saya menikah juga dengan masa perkenalan 6 bulan. Di bulan ke-7 lamaran, di bulan ke-8 pernikahan. Singkat dan padat. Dan, berlangsung hingga 17 tahun ini.