Mendengar pengumuman ini saya pun berniatkan diri untuk shalat gerhana bulan berjamaah. Terlebih seingat saya ya, saya belum pernah shalat sunat ini. Memalukan banget masa saya setua ini belum pernah shalat sunat ini? Ke mana saja saya selama ini? Apa iya saat saya masih anak-anak? Entahlah.
Jadi, ketika adzan Maghrib berkumandang, saya pun mengajak anak kedua saya untuk shalat di masjid. Anak saya juga ingin tahu bagaimana shalat sunat gerhana bulan. Masjid agak ramai. Biasanya di lantai 2 yang khusus jamaah perempuan sepi, kini tidak sesepi biasanya.
Usai shalat Maghrib, pengurus masjid menyampaikan akan melaksanakan shalat sunat gerhana bulan.Â
Jamaah pun shalat sunat gerhana bulan. Rakaat pertama, setelah membaca Alfatihah, imam membaca surat yang cukup panjang dengan suara keras, lalu rukuk yang agak lama, lalu I'tidal, tetapi tidak membaca doa I'tidal melainkan membaca Surat Al-Fatihah.Â
Setelah itu, imam kembali membaca surat yang agak panjang, kemudian rukuk yang agak lama dengan membaca tasbih, setelah itu I'tidal dengan membaca doa I'tidal.
Lalu sujud dengan bacaan tasbih selama rukuk pertama, sujud, lanjut duduk diantara dua sujud, kemudian sujud kedua dengan bacaan tasbih selama rukuk kedua. Duduk sejenak sebelum bangun untuk mengerjakan rakaat kedua.
Untuk rakaat kedua dilakukan dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama. Hanya saja letak perbedaannya, pada rakaat kedua pada berdiri yang pertama dianjurkan membaca surat An-Nisa dan pada berdiri yang kedua dianjurkan membaca Surat Al-Maidah.
Terakhir salam seperti akhir shalat pada umumnya. Jadi, ada empat kali ruku' dan empat kali sujud dalam dua rakaat.
Wah, ternyata begini shalat sunat gerhana bulan. Anak saya bilang lama. Bagaimana di jaman Rasulullah coba yang biasanya membaca surat yang panjang-panjang.
Selesai? Belum. Setelah shalat sunat gerhana bulan, dilanjutkan dengan khutbah shalat gerhana dengan taushiyah agar jamaah beristighfar, semakin takwa dan dekat kepada Allah, bertaubat dari dosa, dan bersedekah.
Dalam khutbah itu juga disampaikan kondisi Masjidil Aqsho dan warga Palestina. Mengapa hal ini juga disinggung karena pada jaman Rasulullah ada amalan memerdedakan budak. Yang dalam kondisi kekinian bisa diartikan melakukan pembelaan terhadap kelompok masyarakat yang tertindas.