Memiliki buah hati bagi pasangan yang sudah menikah, menjadi hal yang didambakan. Kebahagiaan menjadi begitu lengkap dengan kehadiran si kecil. Mendengar tangisnya, celotehnya, dan melihat tumbuh kembangnya. Kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.Â
Namun, tidak semua pasangan suami isteri segera diberi momongan. Penantian panjang setelah menikah sekian tahun kehamilan tak jua tiba. Setahun, dua tahun, tiga tahun, bahkan hingga 10 tahun. Betapa kecewanya hati ketika kerinduan akan menimang buah hati begitu menggunung.Â
Tudingan mandul pun kerap dialamatkan kepada pasangan ini. Entah ke isteri atau suami, yang kerap menorehkan luka batin. Belum lagi memunculkan konflik di dalam keluarga sebagaimana cerita-cerita dalam alur sinetron.Â
Mandul? Mulai sekarang hentikan stigma ini! Begitu pinta dr. Huthia Adriana Sp.OG, dokter ahli kandungan yang menangani program bayi tabung di Marula IVF Margonda. Istilah mandul lebih berkonotasi negatif yang merendahkan harga diri seseorang, yang bisa membuat seseorang stres dan tidak percaya diri.
"Sebaiknya istilah mandul ini stop sampai di sini. Istilah ini hanya ada di Indonesia. Istilah yang lebih tepat adalah ketidaksuburan atau infertilitas, yang sebenarnya bisa diatasi. Teknologi kedokteran sudah berkembang pesat dan modern," tutur dr. Huthia menjawab pertanyaan saya.
Betapa merindunya dengan buah hati sangat dirasakan oleh pasangan suami isteri, sebut saja pasangan X. Isteri saat ini berusia 31 tahun, dan suami 32 tahun. Menikah selama 8 tahun tak jua diberi momongan. Beberapa kali hamil selalu disertai dengan keguguran. Entah apa yang terjadi pada dirinya.Â
"Kalau kata dokter sih ada gangguan pada tuba falopi atau rahim berupa kerusakan atau sumbatan jalur sel telur," katanya berusaha tersenyum.
Ada lagi pasangan Y, yang sudah menikah 6 tahun, juga mengalami hal yang sama. Padahal, pasangan ini rutin melakukan hubungan seksual dalam sepekan. Suda juga menjalani berbagai program namun tak kunjung dikaruniai anak. Tanda dua garis merah belum juga mampir dalam kehidupannya. Sedih dan kecewa tidak terbendung.Â
Meski pasangan selalu mensupport dan membesarkan hati untuk selalu bersabar, tetap saja kegundahan hati tidak bisa ditutupi. Tangisan bayi selalu terngiang di telinga.Â
Mereka ingin sekali mencoba mengikuti program bayi tabung seperti yang sering didengar tapi terhalang oleh biaya yang cukup besar. Ketika Morula IVF Indonesia membuka Morula Care, mereka pun mengikutinya. Berharap impian memiliki momongan dari bayi tabung terwujud.Â
Bayi Tabung di Morula IVF Margonda, Kota Depok, Jawa Barat, Rabu (28/4/2021). Semuanya tinggal di wilayah Depok.
Kedua pasangan pasutri ini termasuk dari 10 pasangan yang menjadi kandidat mengikuti ProgramProses seleksi dilakukan berdasarkan hasil serangkaian pemeriksaan, wawancara, riwayat pernikahan, rekam medis, dan keaktifan di Instagram mengenai program Marula Care yang diikutinya.Â
Bagi pasangan yang lolos test berarti lanjut ke proses berikutnya secara gratis dan tanpa dipungut biaya apapun. Siapa "pemenang" untuk mengikuti program bayi tabung melalui Morula Care, ini akan diumumkan setelah lebaran ini.Â
Program Morula Care ini, sebagaimana dijelaskan Yohansyah Amarullah Senior Marketing Manager Morula IVF Indonesia,
terlaksana berkat dukungan dari pasien Morula (Morula Family) yang yang sudah mengikuti program Paket Year End 2020 dan Paket PCOS 2020 pada Desember 2020.
Para pasien dengan keikhlasannya mendonasikan Rp 1.000.000 untuk program berbagi kebahagiaan kepada pasangan kurang beruntung untuk bisa memiliki momongan melalui bayi tabung. Ada 209 pasien yang mengikuti program tersebut, sehingga dana terkumpul mencapai Rp 209 juta.Â
Mereka memahami buah hati adalah impian dan harapan semua pasangan suami istri untuk melengkapi kebahagiaan keluarga. Karena itu, mereka pun terdorong untuk membantu pasutri yang sedang berjuang mendapatkan buah hati.
kesehatan dan menerapkan pola hidup sehat.Â
Sebelum dilakukan pemeriksaan kepada ke-10 kandidat, dr. Huthia Adriana Sp.OG, dokter ahli yang menangani program bayi tabung menjelaskan nanti ketika salah satu pasangan yang lolos mengikuti program ini diminta untuk menjaga"Selama mengikuti program bayi tabung, hindari junk food, minum kopi, istirahat yang cukup. Kalau bisa di atas jam 9 malam sudah tidur, tidak stress. Terpenting lagi serahkan semuanya kepada Allah, berdoa agar diberi kemudahan dan kelancaran. Karena kehamilan ini bagaimana pun atas ijinNya," kata dr. Huthia.Â
Meski program bayi tabung yang diterapkan di Morula IVF hampir sebagian besar berhasil, namun dr. Â Huthia mengingatkan, tetap harus berkomunikasi dengan Tuhan agar memasrahkan diri atas segala rencanaNya.Â
Ia menambahkan, proses bayi tabung ini yang dimulai dari serangkaian pemeriksaan hingga embrio ditanamkan di rahim ibu, membutuhkan waktu sekitar 1 bulan. Di sinilah, masa-masa penantian mendebarkan hingga proses melahirkan.Â
"Secara medis proses bayi tabung disebut in vitro fertilization (IVF). Kehamilan yang terjadi diawali dengan sel telur dibuahi oleh sperma di luar tubuh yaitu di dalam sebuah tabung. Ketika embrio yang terbentuk cukup matang baru dipindahkan ke rahim ibu," jelasnya.Â
Jadi, bayi tabung adalah salah satu program hamil yang dilakukan dengan mempertemukan sperma dan sel telur di luar tubuh. Setelah menghasilkan embrio, selanjutnya embrio ditanam di dalam rahim untuk berkembang.Â
Tapi syaratnya harus pasutri yang sah secara hukum dan agama. Di luar itu, tidak akan dilayani.Â
Ia menambahkan ketidaksuburan bisa terjadi akibat berbagai sebab. Seperti gangguan pada tuba falopi atau rahim berupa kerusakan atau sumbatan jalur sel telur, gangguan ovulasi yang membuat produksi sel telur minimal, ndometriosis.
Selain itu, produksi sperma dengan kuantitas yang rendah, masalah sistem kekebalan tubuh yang mengganggu sel telur atau sperma, sperma yang tidak mampu melewati cairan leher rahim, memiliki risiko penyakit keturunan, dan alasan dari masalah ketidaksuburan yang tidak diketahui.
"Namun semua permasalahan ini Insyaallah bisa diatasi dengan program bayi tabung. Peluangnya begitu tinggi dibanding dengan program lain," katanya.Â
Karena itu, dr. Huthia mengingatkan bagi pasangan yang sudah menikah selama 1 tahun dan tidak kunjung hamil, harus segera memeriksakan diri, agar bisa segera diatasi.Â
Semakin muda umur pasutri maka peluangnya semakin besar. Jangan menunda-nunda. Karena semakin menunda, berarti usia semakin bertambah, dan itu artinya tingkat kesuburan semakin berkurang.Â
Dikatakan, tidak ada perlakuan khusus terhadap bayi yang terlahir dari proses bayi tabung. Perlakuannya sama saja dengan bayi yang terlahir dari proses kehamilan biasa. Termasuk proses tumbuh kembangnya.Â
Ketika dunia terasa gelap, ada secercah harapan dari bayi tabung. Secercah harapan itulah yang dirasakan para kandidat yang berjuang untuk mendapatkan momongan.Â
Mari kita doakan. Semoga kebahagiaan selalu menyelimuti para pasangan suami isteri ini. Ada anak atau tanpa anak. Karena sejatinya, kebahagiaan tercipta dari bagaimana kita bersyukur atas segala nikmatNya. Serahkan saja kepada Allah pemilik alam semesta.Â
Wallahu 'alam bisshowab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H