Hari ini, Sabtu (10/4/2021), jadwal saya vaksinasi Covid-19 dosis kedua di Kementerian Pertanian. Ada dua teman (Inung Kurnia dan Dewi Syafrianis) yang juga dijadwalkan di hari yang sama.Â
Kami pun menyepakati jam tiba di lokasi. Saya sampai pukul 10.30. Kemudian kami  mendaftar kepada petugas keamanan dengan melampirkan surat keterangan vaksinasi Covid-19 dosis pertama dan foto kopi KTP.
Kami juga diminta mengisi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan serupa pada saat vaksin dosis pertama. Hanya kali ini ditambah dengan pertanyaan reaksi setelah vaksinasi tahap pertama.
Setelah itu, kami diminta menunggu. Sambil menunggu nama kami dipanggil, saya perhatikan hampir semua peserta vaksinasi Covid-19 dosis kedua adalah lansia alias lanjut usia alias usia senior.Â
Yang masih "muda" sepertinya hanya kami bertiga dan beberapa yang lain. Kalau dari obrolan-obrolan mereka yang saya dengar mereka adalah para pensiunan Kementerian Pertanian.Â
Terlihat dari ungkapan mereka yang lepas kangen sambil saling beradu tangan terkepal mengganti jabat tangan. Tidak sedikit juga yang saling berfoto bersama sambil bernostalgia.
Tidak lama nama kami pun dipanggil, discreening, tidak ada masalah, lanjut screening lagi di ruang berikutnya, ditanya tanggal lahir dan nomor telepon. Cepat juga. Sudah, itu saja nih yang ditanya?
"Kok cepat amat?" tanya kawan saya kepada petugas yang terdengar oleh saya.
"Iya, Bu, untuk lansia memang disarankan tidak perlu lama-lama," jawabnya.
Lansia? Memang kami terlihat lansia? Lagi pula kan tertutup masker. Dari mana petugas bisa tahu kami lansia? Dari data diri saja sudah dapat diketahui usia kami sesungguhnya. Dan, itu bukan usia lansia.
Kami lantas dipersilakan screening di ruang berikutnya. Di sini, tekanan darah kami diukur dan hasilnya normal. Ditanya juga apakah punya penyakit diabetes dan lain-lain yang petugas sebutkan. Semua saya jawab tidak.