Tanaman Porang atau iles-iles atau umbi porang sedang naik daun. Ya, memang meski tidak setenar ubi jalar dan singkong. Tanaman ini menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan.Â
Dalam dua tahun terakhir saja tanaman porang mulai menjadi komoditas strategis yang berpotensi mendulang devisa. Itu terlihat dari meningkatnya permintaan ekspor untuk bahan baku kosmetik lipstik. Termasuk juga untuk kebutuhan nutrisi.
Permintaan bahan baku industri yang tinggi menyebabkan banyak petani yang berminat membudidayakan porang karena nilai usaha taninya cukup menggiurkan.Â
Apa yang menarik dari porang? Tanaman ini memiliki keunggulan mudah dibudidayakan, cocok dibudidayakan dalam sistem agroforestri, memiliki kandungan gizi yang baik untuk kesehatan, dan bernilai ekonomi tinggi.Â
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan potensi tanaman porang begitu besar terhadap perkembangan ekspor produk pertanian nasional. Dalam 15 tahun ini baru pertama kali ekspor kita lebih dari 15,4 persen.
Ia menyebut porang sebagai  komoditas mahkota, komoditas masa depan. Itu sebabnya, porang dijadikan komoditas yang masuk dalam program gerakan tiga kali lipat ekspor (GRATIEKS).
"Porang itu ekspornya tinggi. Pada 2020 tercatat sebanyak  32.000 ton, dengan nilai ekspor mencapai Rp 1,42 Triliun ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lain sebagainya. Ada peningkatan sebesar 160% dari tahun 2019," jelas mentan.
Saat membuka talkshow "Porang, Komoditas Potensial, Bukan Halunisasi", Kamis (25/3/2021), yang diadakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, mentan mengungkapkan ada 13 negara yang sudah memesan porang Indonesia.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan, Fadjri Djufri menambahkan, saat ini pemerintah telah menyiapkan teknologi modern untuk mengakomodasi kepentingan produksi komoditas porang dari hulu sampai hilir.