Ini adalah produk radiofarmaka ke-6 yang dihasilkan BATAN yang segera dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. BATAN berharap semakin banyak produk radiofarmaka yang dihasilkan, penerimaan masyarakat terhadap nuklir semakin membaik.Â
"Nuklir tidak selalu berhubungan dengan hal-hal yang berbahaya atau hancur seperti Hirosima. Nuklir juga bisa dimanfaatkan untuk kemanusiaan dan kesehatan," tegasnya.
Kepala PTRR, Rohadi Awaludin, mengatakan, pengembangan kit etambutol ini sudah dimulai sejak 2015. Namun, jauh sebelumnya, penelitian yang sama telah dilakukan oleh Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT).Â
Hasil penelitian PSTNT ini kemudian dievaluasi oleh tim peneliti PTRR khususnya terkait dengan pengembangan proses produksi didasarkan pada sistem Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) radiofarmaka yang ada di PTRR.Â
Beberapa modifikasi dilakukan disesuaikan dengan proses produksi di dalam sistem CPOB di PTRR. Setelah proses produksi berhasil disesuaikan dengan sistem CPOB di PTRR dan diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan, selanjutnya dilakukan validasi proses sesuai dengan persyaratan regulasi.
Ia menjelaskan, Kit radiofarmaka etambutol/TB scan ini adalah sediaan farmasi kering steril yang di dalamnya terkandung ethambutol hydrochloride dan beberapa zat tambahan. Zat tambahan ini berguna untuk membantu proses penandaan atau pengikatan radioisotop Tc-99m ke dalam senyawa etambutol.Â
Produk TB Scan ini, katanya, telah melalui proses penelitian yang panjang dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan di luar BATAN seperti RS Hasan Sadikin, Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia, PT. Kimia Farma, dan BPOM.Â
"Kolaborasi antar pemangku kepentingan dalam melakukan penelitian dan inovasi sangat dibutuhkan agar hasil penelitian dan inovasi tersebut dapat dihilirkan kepada masyarakat," ujarnya.Â
Profesor di bidang Kedokteran Nuklir Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Prof. Dr. Hussein Kartamihardja, M.Kes, Sp.KN, yang terlibat dalam uji klinis TB Scan menjelaskan, TB scan ini mampu mendeteksi infeksi penyakit tuberkulosis (TB) di paru dan di luar paru.
TB di luar paru atau dikenal dengan TB ekstra paru, adalah kondisi infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis telah menyebar ke jaringan dan organ tubuh selain paru-paru.Â
Menurutnya, TB di luar paru tidak mudah didiagnosis menggunakan metode lain. Organ yang dapat terinfeksi bakteri penyebab TB adalah sendi, tulang, kelenjar limfa, selaput otak, ginjal, kulit dan organ saluran urin.