Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sebagai Penjelajah, Penjelajahan pun Dimulai

8 Maret 2021   12:03 Diperbarui: 8 Maret 2021   13:05 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah berkelana selama 10 bulan dengan menempuh perjalanan yang penuh perjuangan, berliku, dan "berdarah-darah", akhirnya sampai juga saya pada titik ini: penjelajah. Berhubung usia saya tidak lagi muda, jadi perjalanan ini dilalui dengan napas yang cukup ngos-ngosan juga.

Perjalanan ini diawali pada Mei 2020 dengan menuliskan puisi tanpa label apapun yang berjudul "Duhai Corona, Pergilah..." Itu juga masih deg-degan. Maklum, baru pertama kali memasuki "keluarga baru" Kompasiana. Anak bawang dan anak kemarin sore. Eh, kok anak, padahal saya sudah emak-emak ini.

Hingga sekarang puisi saya itu hanya dilihat oleh 38 pasang mata, mendapat 1 vote dan 1 komentar dari Mas Ali Musri Syam. Yang karena kegaptekan saya saat itu tidak tahu bagaimana membalas komentarnya hahaha... Terima kasih ya sudah memberikan support.

Dalam perjalanan itu, saya juga sempat dijewer oleh admin K karena dinilai menyalahi syarat dan ketentuan. Tidak tanggung-tanggung saya sampai lima kali mendapat surat cinta berupa surat peringatan. Karena sudah lima kali, maka secara otomatis akun saya pun diblokir. Ya ampun...seketika saya seperti kehilangan gairah, ada sesuatu yang hilang. Jelas saya sedih.

Setelah rutin berkomunikasi lewat email dengan pengelola Kompasiana dengan disertai bukti-bukti bahwa sesungguhnya saya tidak melakukan apa yang "dituduhkan", juga karena kekurangpahaman dan ketidaktahuan saya, akhirnya akun saya pun kembali aktif. Lega dong saya. Senyum saya lantas mengembang.

Tentu saja disertai catatan agar saya tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kalau pun tulisan saya pernah dimuat sebelumnya harus diberi disclaimer atau kalau mau mencopy paste suatu tulisan yang berupa surat keterangan yang jika dipandang melebihi batas yang ditentukan sebaiknya surat atau dokumen itu difoto. 

Nah, kalau diberi penjelasan panjang lebar begini, saya kan jadi paham. Akhirnya, saya pun melalui perjalanan ini dengan penuh semangat dan tentu saja dengan hati riang. Setelah hampir satu minggu tidak "mengudara", saya pun kembali menyapa. Senang dong bisa menemui rekan-rekan Kompasianer.

Hingga saya pun sampai ke titik ini. Ya penjelajah. Ibarat ujian kenaikan, saya ini naik tingkat ke "penjelajah" setelah berada di tingkat "taruna". Tentu saja butuh konsistensi dan juga dukungan dari para Kompasianer. Tanpa ini, sudah pasti saya tidak akan sampai menjejakkan kaki di level ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata penjelajah berasal dari kata dasar "jelajah" yang memiliki arti "bepergian ke mana-mana untuk menyelidiki dan sebagainya". Dan, itu berarti kata penjelajah bermakna orang yang menjelajah sambil menelusuri dan mengamati suatu hal.

Kata penjelajah sendiri berarti bicara tentang jiwa saya sendiri, yang suka menjelajahi daerah-daerah, sambil mengamati dan menikmati suasana. Jadi, saya senang berada di tingkat ini.

Mengapa level "penjelajah" disematkan kepada Kompasianer yang sudah menempuh perjalanan 10.000 "kilometer"? Kalau dilihat dari simbol yang memakai teropong (mudah-mudahan saya tidak salah melihat), mungkin sebelum melanjutkan perjalanan yang ditempuh untuk ke level berikutnya yang ternyata masih jauh diperlukan ketelitian, perlu pertimbangan dan dipelajari, harus berpikir kritis agar tidak salah melangkah.

Karena itu, perlu menjelajahi berbagai literatur agar apa yang saya sampaikan mengandung nilai kebaikan. Bagaimana baik dan buruknya. Saya tidak harus jumawa atau sombong karena untuk mencapai tingkat Fanatik, Senior, dan Maestro tidaklah mudah. Banyak tantangannya. Terutama dalam hal konsistensi menulis yang terkadang didera juga rasa malas.

Sebagai penjelajah...penjelajahan saya pun dimulai...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun