Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tahu yang Saya Tahu

2 Februari 2021   13:46 Diperbarui: 2 Februari 2021   13:52 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuaca hingga siang ini masih mendung saja, setelah semalam diguyur hujan. Seolah-olah mentari begitu bermuram durja sehingga enggan tersenyum. Senyum yang menyinari dan menghangatkan alam sekitar.

Dalam kondisi cuaca seperti begini, enaknya sih nyemil yang hangat-hangat. Dan, tara... kebetulan di depan mata saya ada tahu goreng di meja makan. Masih panas lagi. Hasil goreng si mbak. Sepertinya apa yang saya pikirkan langsung terwujud. Keren kan?

Usai mendampingi si kecil mengerjakan tugas-tugasnya, saya pun memanggil anak kedua saya, untuk sama-sama ngegadoin tahu goreng. Anak saya ini memang doyan makan tahu goreng panas yang dicocol saos sambal.

Ambil sepotong, sepotong lagi, habis ambil lagi. Alhamdulillah...nikmatnya. Menikmatinya sambil diselingi ngobrol dengan anak kedua saya.

"Kak, kenapa ini disebut tahu?" tanya saya.
"Ya...mana kakak tahu," jawab anak saya.
"Tahu terbuat dari apa kak, tahu nggak?" tanya saya.
"Ya tahulah, dari kacang kedelai," jawabnya.

Tidak terasa, tahu goreng tinggal beberapa potong lagi. Ya ya ya...siapa pun tahu, makanan bertekstur lembut (mungkin selembut sutera) yang terbuat dari kacang kedelai itu adalah tahu. Iya, saya juga tahu!

Yang saya tahu, tahu menjadi makanan wajib dalam kehidupan saya sehari-hari. Kesukaan suami dan anak-anak, terutama anak kedua saya.

Tapi saya tidak tahu perasaan tahu yang selalu dipakai dalam percakapan sehari-hari. Entah dalam keadaan kesal, marah, baik-baik, atau merayu.

Semisalnya, "Kamu tahu aku begitu merindukanmu" atau "Sudah tahu salah, tahu diri dong", atau "Aku tahu kamu baik-baik saja" atau "Loe tahu jalan kagak sih, kok nyasar-nyasar begini", dan banyak lagi.

Mungkin kalau tahu bisa ngomong, dia pasti protes, namanya selalu disebut-sebut tanpa memahami perasaannya. Hahaha... saya jadi melantur begini sih. Jadi tidak jelas begini.

Ok, kita kembali ke inti pembahasan.

Memang ya tahu begitu melegenda. Makanan tradisional yang tak lekang oleh waktu. Berdasarkan sejarahnya, tahu ini sudah ada sejak 2000 tahun lalu. Dari saya belum tercipta di rahim ibu saya. Dari sebelum ibu saya bertemu ayah saya.

Yang saya tahu, makanan yang terbuat dari kedelai ini kaya protein, tapi rendah sodium, kolesterol dan kalori, serta mengandung berbagai vitamin dan mineral seperti mangan, kalsium, selenium, fosfor, magnesium, zat besi, seng, dan tembaga. 

Tahu juga mengandung isoflavon kedelai yang ditemukan efektif dalam mencegah kanker. Isoflavon berkhasiat tahu dapat mencegah pertumbuhan kanker payudara dan kanker prostat.

Manfaat tahu untuk kesehatan banyak. Bisa dilihat di sini.

Karena efek kedelai baik untuk kesehatan, maka makanan yang relatif murah dan mudah di dapat ini dianggap sebagai makanan sehat. Sebab jika dikonsumsi bisa bermanfaat bagi kesehatan.

Kalau melihat dari manfaatnya, jadi sayang banget kalau ada yang tidak menyukai tahu dan menyia-nyiakan manfaat tahu bagi kesehatan tubuh.

Apakah tahu makanan asli Indonesia? Apakah ada yang tahu? Atau ada yang tempe? Saya coba cari tahu ya soalnya kalau bicara mengenai warisan budaya ya, khususnya makanan, rasa-rasanya sulit membedakan.

Mana yang benar-benar asli dari Indonesia, dan mana yang bukan? Terlebih yang namanya kebudayaan ya pasti telah melebur, melalui proses yang namanya akulturasi dan asimilasi.

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. (Wikipedia)

Sementara asimilasi adalah pembauran satu kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Asimilisi muncul apabila ada golongan masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda begaul langsung secara intensif dengan waktu yang lama. (Wikipedia)

Tahu sendiri berasal dari Cina, seperti halnya kecap, tauco, bakpau, dan bakso. Tahu berasal dari bahasa Hokkian (tauhu), yang secara harfiah berarti "kedelai yang difermentasi".

Tahu pertama kali muncul di Tiongkok sejak zaman Dinasti Han sekitar 2200 tahun lalu. Penemunya adalah Liu An, seorang bangsawan, cucu dari Kaisar Han Gaozu, Liu Bang yang mendirikan Dinasti Han.

Di Jepang dikenal dengan nama tofu. Lalu makanan ini menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara, kemudian juga akhirnya ke seluruh dunia. Tak terkecuali hingga di Indonesia. Tahu pun memiliki berbagai jenis, tekstur dan rasa.

So, itu berarti tahu adalah kuliner tertua yang diperkenalkan orang Tionghoa di Nusantara. Dan, tahu menjadi penyelamat masyarakat Jawa di masa krisis asupan gizi.

Pada abad ke-19, orang-orang Jawa dilanda krisis gizi yang luar biasa akibat penerapan sistem cultuurstelsel (tanam paksa). Hasil bumi dikuras untuk kepentingan kolonial sampai mereka sendiri kesulitan untuk makan.

Saat itulah tahu muncul sebagai pangan alternatif. Dan, sampai sekarang, tahu menjadi makanan penting bagi orang Indonesia, yang dapat dinikmati kapan saja dan disajikan dengan beragam cara.

Jadi, sudah tahu tahu kan? Sudah tahu dari lama kellesss. Opss!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun