"Terima kasih ya pak," kata saya lega.
Sebenarnya, saya bisa saja mengerjakan tugas yang diberikan, tapi ya kan harus sesuai dengan job desk. Nanti yang ada hubungan saya dengan rekan kerja jadi bermasalah.
Karena saya pekerja lapangan, saya tidak dituntut harus ke kantor setiap hari. Laporan yang masuk ke kantor sudah dianggap saya hadir di kantor. Kalau pun saya ke kantor, saya juga tidak perlu berlama-lama di kantor.
Syukurnya, kantor saya tidak menuntut saya harus ke kantor dari pagi sampai sore seperti kantor-kantor lain. Kecuali kalau saya mendapat giliran piket. Jadi, saya masih bisa mengurus anak-anak. Menyiapkan sarapan dan perlengkapan sekolahnya.
Dulu, ketika anak-anak saya masih TK saya masih bisa mengantar anak-anak sekolah. Terkadang bisa menjemputnya. Setelah itu, baru deh saya ke kantor kalau tidak ada penugasan ke lapangan.
Oh iya, saya juga jarang banget membawa pekerjaan ke rumah. Saya sebisa mungkin menyelesaikannya di luar. Bagi saya, di rumah waktunya saya bersama keluarga. Menyiapkan makan malam atau mendampingi anak mengerjakan PR.
Sekarang saja saya lebih banyak mengerjakan pekerjaan kantor di rumah, itu semata-mata karena Covid-19. Tapi saya masih bisa mengatur waktu saya.
Cara lainnya, dengan mencatat semua tugas dan pekerjaan agar dapat menyelesaikan semua pekerjaan secara tepat waktu.Â
Saya juga tipe orang yang menghindari jam lembur  atau bekerja ketika akhir pekan. Karena yang saya pikirkan anak-anak saya. Selain itu,  semakin lama waktu saya bekerja, maka konsentrasi semakin menurun. Â
Tidak lupa saya juga menyisihkan waktu untuk "me time", misalnya ke klinik kecantikan meski hanya satu atau dua bulan sekali. Itu sudah cukup memanjakan diri saya sendiri.
Atau waktunya saya bermalas-malasan. Seharian tidak melakukan kegiatan apapun selain membaca, main games, menonton. Â Biasanya itu saya lakukan di hari Minggu ketika si mbak libur.