Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Asyik Juga Berkuda di Kawasan Gunung Bromo

30 Desember 2020   20:00 Diperbarui: 30 Desember 2020   20:05 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
"Wah, capek dong, Pak," kata saya. Saya sih dulu pernah ke kawah Gunung Bromo tapi tidak menunggangi kuda. Jadi, menunggangi kuda di kawasan ini ada sensasi tersendiri.

Saya salut juga dengan para "ojeker" kuda yang tiap hari pekerjaannya naik turun Gunung Bromo, mengantarkan wisatawan hingga ke tujuan. Mereka menunggangi kuda-kudanya seperti ksatria gagah berani. 

Saya tanya apakah kudanya ini miliknya sendiri, dia bilang itu adalah kuda sewaan. Hasil yang didapat dari jasanya menuntun kuda dibagi dua dengan pemilik kuda. Biaya makan kuda menjadi tanggungannya. 

Katanya, sejak tahun 1997, ia rutin mengantar wisatawan berkeliling di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Meski melelahkan, namun ia lakoni dengan penuh semangat. Karena dari mata pencahariannya itu, dia mampu menghidupi keluarganya.

Dia mengaku dalam sehari biasanya bisa 5 kali mondar mandir ke kaki Gunung Bromo yang melewati Pura Luhur Poten itu. Tapi dalam kondisi pandemi Covid-19, yang jumlah pengunjungnya dibatasi, maka itu juga berpengaruh pada pendapatannya. Hanya 3 kali "tarikan" saja.

Saat saya tanya kok tidak mencari sebanyak-banyaknya wisatawan menunggangi kudanya, jawabannya cukup membuat saya salut.

"Bagi-bagi rejeki dengan yang lain, Bu. Yang penting saya cukup buat makan sehari bersama istri dan anak. Besok bisa nyari lagi."

Katanya lagi, kuda yang ada di kawasan Gunung Bromo kebanyakan berasal dari Pulau Sumba. Sebagian teman-temannya sudah memiliki kuda sendiri. 

Ada yang punya 1 ekor, ada juga yang punya 3 ekor. Tapi rata-rata 1 ekor kuda karena "masa bakti" kuda yang cukup lama, yang bisa sampai 10 tahun. 

Ia juga menawari saya menunggangi kuda tanpa dituntun. "Ndak usah khawatir bu, kudanya sudah jinak dan sudah tahu jalan pulang. Ibu tinggal mengatur kecepatan laju kudanya saja, selebihnya dia sudah tahu jalan pulang," katanya.  

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Tapi saya tidak cukup punya nyali untuk menunggang kuda tanpa "dikawal". Selain tidak mahir, juga khawatir terjadi apa-apa, jatuh dari kuda, misalnya. Ya kan tidak lucu juga kalau itu sampai kejadian. (yang bilang lucu siapa juga?).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun