"Yang benar dok? Kok saya raba ada benjolan sebesar telur puyuh," kata saya memastikan.
"Coba ibu raba," pinta dokter. Saya pun meraba benjolan yang saya maksudkan. "Ini dok benjolannya," kata saya.
"Ibu, ibu... ini mah saluran kencing," kata dokter tertawa.
"Oh ini saluran kencing?" tanya saya. Untung saya pakai masker, jadi wajah malu saya tidak terlihat. Jadi malu sama kucing, eh sama dokter. Masa dokter disamakan dengan kucing?
"Ya ampun ibu, masa ibu nggak tahu organ intim ibu sih?" kata dokter, lagi-lagi dengan tertawa.Â
Rasa-rasanya saya baru menyadari kalau itu bagian saluran kencing. Tapi masa iya sih saya baru tahu? Lha sampai setua ini saya ke mana saja? Hellooo...!
"Alhamdulillah kalau begitu dok. Syukurlah," kata saya geli.
"Tapi kok terasa nyut-nyutan ya dok?" tanya saya.
"Kapan terakhir ibu berhubungan dengan suami?" tanya dokter. Kapan ya? Saya hanya diam tidak memberikan jawaban karena malu.
Dokter lalu menjelaskan, kemungkinan rasa nyut-nyutan itu karena vagina saya kering efek dari obat tamofen, obat kanker, yang saya minum. Lalu dokter menyarankan saya untuk membeli minyak yang khusus dioleskan di organ intim, yang saya lupa apa mereknya.
Saya pun mengucapkan terima kasih lalu berlalu dengan rasa malu. Sepanjang perjalanan pulang, saya menertawakan diri saya. Antara malu dan geli, antara malu dan malu-maluin.