Sebagai penyintas kanker, saya jadi rajin memperhatikan bagian-bagian tubuh saya. Jangan sampai saya abaikan seperti kejadian dua tahun lalu.
Faktor utama saya abaikan saat itu karena benjolan di payudara saya tidak terasa sakit dan tidak ada keluhan yang perlu dikhawatirkan. Dan, nyatanya saya kanker.
Sejak itu, saya mulai mawas dengan benjolan yang ada di tubuh saya. Saya raba-raba, saya tekan-tekan, saya pegang-pegang. Untuk memastikan benjolan itu bukan tumor ganas.
Benjolan abnormal di area tubuh mana saja dalam istilah kedokteran disebut tumor. Nah tumor itu ada jinak dan ganas. Tumor ganas sudah berarti dipastikan itu adalah kanker.
Sampai detik ini ucapan dokter yang memeriksa saya masih terngiang di telinga saya. Yang menjadi landasan saya untuk selalu rutin memeriksa seluruh anggota tubuh saya atau jika ada keluhan.
"Kita harus mewaspadai setiap benjolan abnormal yang ada di tubuh. Yang perlu lebih diwaspadai itu jika tidak disertai dengan keluhan karena umumnya atau biasanya itu adalah tumor ganas, dan itu artinya sudah kanker," terangnya.
Suatu ketika saat membersihkan area kewanitaan saya usai buang air kecil, saya meraba ada benjolan sebesar telur puyuh. Dan, itu disertai dengan nyut-nyut. Rasa yang biasanya menandakan ada peradangan.
Saya jelas kaget. Untuk menenangkan hati, saya coba meraba-raba lagi di waktu yang lain saat saya buang air kecil. Dan, masih ada benjolan yang juga disertai rasa cenat cenut.
Kepala saya langsung tegang. Jangan-jangan sel kanker menyebar ke organ intim saya. Terlebih beberapa waktu lalu hasil MRI abdomen (perut) saya di bagian rahim ada benjolan yang dicurigai ganas.
"Bu, coba pegang deh," kata dokter bagian Radiologi RSCM saat menekan-menekan perut area yang dicurigai dengan alat khusus. Ketika saya pegang, memang terasa ada benjolan sebesar telur puyuh.
Saya jadi khawatir pastinya. Lalu saya dikonsulkan ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan bagian onkologi. Setelah diperiksa melalui USG Vaginal kecurigaan itu tidak terbukti.