senja yang tak bercahaya, mendekap romansa jiwa, mengenang sebait kerinduan, yang melintasi waktu, aku terdiam memandang kenangan, yang bertebaran di pelupuk mata, yang menari-nari di dedaunan, ketika angin riuh membisikiku cinta.
aku ingin mengeja rindu yang belum tersampaikan, tentang rasa di dalam jiwa, yang akan kutitipkan saja pada hujan, coba dengar apa yang aku lisankan, bahwa aku tak pernah lelah merindumu, seperti angin yang selalu setia menemani hari.
aku memang terikat pada hujan, seperti terikatnya hatiku padamu, rintiknya merajut cerita, melintas dalam hembusan semilir angin, di antara senyuman bunga mawar, yang melukiskan keindahanmu, dan bayangmu kudekap dalam-dalam.
semusim telah berlalu, kukatakan padamu, cintaku selalu tumbuh di hati, bermekaran, menyesaki ruang rindu, mengalirkan cinta tanpa akhir, kupastikan kau akan merasakan hangatnya, dan bila saatnya tiba, kuingin habiskan waktu bersamamu.
sebelum senja meninggalkan redupnya, aku masih ingin di sini, menatapmu dengan sepenuh hati, bersama hujan yang enggan berlalu, juga angin yang terus membisiki cinta, aku tahu kau pasti mengerti, tentang semua yang terlewati, menjadi cerita indah.
daun-daun berguguran, aksara yang kubacakan berhamburan, terbawa angin, kucoba menahan desah, lalu sekuntum bunga, kuletakkan di pusaramu, dan kutitipkan sepenggal kisah, antara kau dan aku, pada sebatas senja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H